Mohon tunggu...
Musriadi Musanif
Musriadi Musanif Mohon Tunggu... Lainnya - Wartawan

Wartawan Harian Umum Singgalang, kini menjabat sebagai Koordinator Daerah Kabupaten Tanah Datar. Staf pengajar jurnalistik pada berbagai perguruan tinggi di Padang, Padang Panjang dan Bukittinggi, serta instruktur pelatihan-pelatihan jurnalistik bagi pelajar dan mahasiswa. Dapat dihubungi via email musriadi@gmail.com atau whatsapp +62 81363 119 119.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Jamban Sehat Itu Ternyata Masih Jauh Panggang dari Api

15 November 2022   05:54 Diperbarui: 15 November 2022   05:57 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Indonesia Sehat. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

BUANG air besar (BAB) tidak pada tempatnya, ternyata masih banyak jadi pilihan. Aliran kali, sungai, parit, bandar, dan kolam merupakan alternatif tempat BAB sembarangan itu. Hal demikian, jelas menjadi persoalan tersendiri, karena dinilai tidak sehat dan bisa menjadi titik penularan penyakit.

Menariknya, BAB sembarangan juga menjadi salah satu penyebab terjadinya stunting, atau anak-anak yang tingginya dan pertumbuhan tidak sesuai dengan usia mereka.

Dampak BAB yang tidak pada jamban sehat, lalu berpengaruh terhadap kesehatan anak-anak di bawah umur itu, dikatakan Staf Ahli Bupati Tanah Datar, Provinsi Sumatera Barat, dr. Ermon Revlin. "BAB sembarangan berdampak terhadap kasus stunting. Itu disebabkan karena warga rentan terserang penyakit," jelasnya.

Saat ini, BAB sembarangan itu masih jadi pilihan masyarakat, khususnya di tempat-tempat pemukiman yang tidak terlalu ramai seperti pedesaan, daerah-daerah aliran sungai, dan perkampungan yang usaha rakyatnya banyak di sektor perikanan air tawar atau kolam.

Buktinya, dari pendataan dan pemantauan yang dilakukan Dinas Kesehatan Tanah Datar, di daerah itu terdapat 75 nagari atau desa. Nah, faktanya belum menggembirakan. Dari 75 nagari itu, ternyata baru dua nagari yang betul-betul terbebas dari BAB sembarangan. Selebihnya, masih jauh panggang dari api.

Untuk itu, Ermon yang pernah menjadi kepala Dinas Kesehatan tersebut menyatakan, saat ini pemerintah daerah sedang melakukan berbagai upaya, di antaranya melalui kampanye dan seruan Stop BAB Sembarangan atau SBS. 

"Capaian nagari yang stop buang air besar sembarangan atau SBS itu masih rendah. Hanya dua nagari dari 75 nagari yang 100 persen penduduknya menggunakan jamban sehat," ujarnya.

Pemerintah Kabupaten Tanah Datar melalui Dinas Kesehatan setempat, menurutnya, terus berupaya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, termasuk upaya untuk menciptakan percapaian nagari SBS yang benar-benar terbebas dari BAB sembarangan.

Upaya pencapaian nagari SBS tersebut, ucapnya, juga merupakan salah satu langkah untuk pencegahan terjadinya stunting pada balita.

"Pemkab Tanah Datar sangat mengapresiasi peran serta dan kepedulian pihak terkait dalam terwujudnya Nagari SBS, sekaligus upaya Tanah Datar dalam pencegahan stunting," tegasnya.

Saat ini, angka prevalensi stunting di Kabupaten Tanah Datar berada di angka 21,5 persen, dan perlu perhatian dari semua pihak, baik masyarakat maupun pemerintah daerah. Meski angka tersebut masih terbilang rendah, namun Pemkab Tanah Datar tetap menargetkan angka tersebut turun menjadi 14 persen pada 2024.

"Ini merupakan tanggung jawab kita bersama. Banyak faktor penyebab anak balita kita yang mengalami stunting, salah satunya adalah tidak memiliki jamban sehat," katanya.

Ermon menjelaskan, adapun capaian keluarga yang belum menggunakan jamban sehat di Kabupaten Tanah Datar saat ini baru mencapai 76,56 persen.

"Kita belum bisa mencapai ke keluarga atau  kerumah-rumah masyarakat, kita mulai dari komunal terlebih dahulu seperti masjid, dan kantor, serta fasilitas umum lainnya," tambahnya.

Ihwal masih rendahnya penggunaan jamban sehat, diakui pula oleh Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat pada Dinkes Tanah Datar dr. Susi Julianti. Saat ini kondisi, katanya,  pencapaian SBS di Tanah Datar masih rendah dan belum sesuai dengan yang diharapkan. Dari 75 nagari, baru 2 nagari yang 100 persen sudah tidak lagi buang air besar sembarangan.

Untuk mencapai nagari SBS tersebut, yang diperlukan adalah akses jamban sehat serta kepemilikan dari jamban sehat itu sendiri. "Untuk akses belum juga 100 persen, kita di Dinkes dan Puskesmas sudah melakukan pembilahan terhadap akses dari pada jamban sehat ini, dan saat ini kita bersama pihak terkait melakukan tindak lanjutnya," katanya.

Lantas bagaimana ciri-ciri jamban sehat itu? Jamban sehat haruslah memenuhi syarat-syarat kesehatan. Jamban sehat itu sendiri merupakan bagian dari Prilaku Hidup Bersih dan Sehat atau PHBS.

Dinas Kesehatan Kota Malang pada laman resminya, yang diakses dan dikutip pada Selasa (15/11) pagi menjelaskan, jamban sehat haruslah memenuhi beberapa syarat, di antaranya tidak mencemari sumber air minum, yakni jarak antara sumber air minum dengan lubang penampungan minimal sepuluh meter.

Berikutbya; tidak berbau, kotoran tidak dapat dijamah oleh serangga dan tikus, tidak mencemari tanah di sekitarnya, mudah dibersihkan dan aman digunakan, dilengkapi dinding dan atap pelindung.

Lalu, memiliki penerangan dan ventilasi cukup, lantai kedap air dan luas ruangan memadai, serta tersedia air, sabun, dan alat pembersih.(musriadi musanif)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun