Takjil yang dijual yang semula ditujukan kepada pembeli yang berpuasa justru semakin seru ketika malah diserbu oleh anak-anak muda yang justru bukan berasal dari agama islam. Biasa dikenal sebagai kaum noni ataupun nasrani. Bahkan malah justru semakin seru anak-anak muda yang dari Tionghoa.Â
Tidak tanggung-tanggung. Ketika berburu takjil dari Jam 2 Siang malah sembari memamerkan hasil "Tangkapannya" namun justru dimakan setelah bedug berbunyi.Â
Slogannya tidak tanggung-tanggung. "Puasa adalah kewajibanmu. Berburu takjil adalah hak Bersama".Â
Yang paling seru justru balasan dari anak-anak muda yang hanya dapat "ubi jalar" atau "risol" yang tersisa yang kemudian malah membalas posting "Pak Menag, keluarkan edaran, agar yang membeli takjil harus ditest syahadat".Â
Bukannya "ngeper", slogan ini Malah dibalas lebih seru "Kami pasti hapal".Â
Kehebohan di media massa yang mengibarkan peristiwa berburu takjil adalah peristiwa budaya sekaligus fenomena sosial yang Tengah terjadi memberikan pelajaran kehidupan kepada kita semua.Â
Peristiwa agama (rangkaian prosesi agama) yang kemudian dikemas lebih menarik ternyata dapat menjadikan peristiwa yang semula "rangkaian prosesi agama" justru menjadi peristiwa sosial yang menarik untuk diikuti berbagai kalangan.Â
Sebelumnya menjelang Hari raya Nyepi, arak-arakan pawai Ogoh-ogoh, justru tidak hanya ritual Agama Hindu. Tapi sudah menjadi Festival Budaya yang ramai diikuti berbagai Komunitas.
Berbagai pemberitaan, posting di berbagai media massa sekali lagi menegaskan.Â
Mengikuti berbagai kegiatan (semula ritual agama) yang kemudian justru banyak diikuti diluar komunitas membuat kita menjadi terharu.Â
Alangkah banyaknya budaya Indonesia yang mampu menjernihkan pikiran. Tidak hanya "urusan" ritual agama. Tapi sudah menjadi agenda Bersama masyarakat Indonesia.Â