Bahkan aku mendapatkan kabar. Dia kritis dengan teman-temannya. Berdebat dengan dosen yang menurutnya tidak masuk akal. Dengan enteng dia bercerita. "Masa tidak tahu, yah. Siapa penculik ? Masa kita masih mendukung penculik".
Akupun tersenyum.
Dan ketika kukabarkan adanya undangan ketemu relawan dengan Jokowi. Pagi-pagi sibuk berkemas. Mandi. Memakai pakaian yang baik. Tidka lupa pakai minyak wangi. Entah mengapa minggu pagi, dia tidak mau menemani ibunya kepasar. Alasannya. "Ada acara penting". Kamipun tertawa.
Sepulang dari acara. Dengan bangga dia bercerita kepada ibunya. "tangan Jokowi lembut, ma'. Dia ramah". Â Sang ibu tidak mau kalah. "Mana photonya ?". Sambil kesal dia cuma berkata "tidak terpikir, ma. Itu be cukup".
Entah apa yang dipikirkannya.
Namun aku yakin. Telah lahir anak muda, Kritis dengan keadaan sekitarnya.
Bagiku itulah kemewahan. Sebagaimana sering disampaikan oleh Tan Malaka. "Idealisme adalah kemewahan terakhir yang hanya dimiliki oleh Pemuda".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H