Entahlah. Akhir-akhir ini suara protes dari sang bungsu semakin mengganggu pikiranku. Protes yang terus mempertanyakan sembari menggugat pelajaran yang diterima. Putra bungsuku menggugat sembari protes dengan menyebutkan "orang besar'.Â
Orang dewasa yang harus memberikan keteladanan. Nurani memprotes disampaikan setelah sering menerima ajaran tidak langsung. Entah diterima dari sekolah maupun dari perilaku sehari-hari.
Dari pengamatan sederhanaku maka ada beberap kebiasaan buruk orang besar.
Kebiasaan pertama dan sering dilakukan justru membuang sampah sembarangan. Entah dari kaca mobil mewah ketika berjalan dijalan raya, membuang struk kertas di ATM, membuang sampah ketika menghadiri acara dan berbagai kebiasaan buruk lainya.Â
Kebiasaan ini susah dihilangkan. Apakah generasiku akan memberikan contoh dan perilaku buruk kepada generasi setelah kita ? Atau memang aku harus terus menerus memberikan keyakinan kepada putraku agar tetap kukuh dengan prinsip membuang pada tempatnya ?
Lihatlah. Sehabis acara konser music yang meninggalkan sampah berceceran disana-sini. Botol minuman, kantong plastic menjadi pemandangan yang tidak pantas dilihat anak-anak.
Bahkan toilet bandara tidak luput dari sampah-sampah yang dibuang sembarangan. Untunglah petugas bandara sering cepat membersihkannya.
Kebiasaan kedua adalah "melakukan transaksi" cukup lama didepan ATM. Tidak peduli barisan antri panjang diluar ruangan ATM. Kebiasaan ini masih sering kita lihat.
Dengan tidak berdosa, entah melakukan transaksi beberapa kali, melakukan transaksi "bak membayar" pegawainya atau transaksi lain yang tidak mempedulikan orang lain. Kebiasan ini sering akan menimbulkan masalah justru akan menimbulkan kekesalan kepada yang antri.
Kebiasaan selanjutnya adalah "parkir" sembarangan. Dengan alasan cuma mampir sebentar, justru mengganggu dan menghambat kendaraan yang lain. Tidak perlu dibahas. Karena biasanya sering terjadi cekcok.
Kebiasaan keempat adalah membunyikan klakson justru lampu hijau baru hidup. Padahal ketika lampu merah hidup, kendaraan depan harus memerlukan waktu "setidaknya 3 detik" untuk memasukkan porsneling, melajukan kendaraan'. Lah kalau antrinya panjang, maka kendaraan dibelakangnya harus menunggu kendaraan didepannya bergerak.
Berbeda dengan balap formula F1. Begitu pindah dari lampu merah ke lampu hijau, para pengendara bisa melaju kencang kendaraannya tanpa menunggu kendaraan didepannya.
Berbagai perilaku orang besar yang ditunjukkan diranah public, di jalan raya justru memberikan pendidikan yang buruk kepada putraku. Contoh yang terus menerus yang dilihatnya justru akan memberikan pemahaman yang keliru.
Dan entah berapa kali harus kutegaskan. Agar tidak peduli dengan contoh yang diperlihatkan orang besar. Yang penting tetap menjalankan pelajaran yang baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H