Belum lagi fasilitas "beli-tunai". Dengan sekali "klik" gambar dan barang yang diinginkan, paling lama 2 hari sudah datang ekspedisi sudah datang mengantar.
Kemajuan yang tidak mungkin dibendung. Kemajuan yang tidak bisa dihindarkan. Kemajuan yang sudah menjadi bagian dari kehidupan generasi milenial.
Pengalaman mudik "dikuasai" para putra-putriku. Memasuki satu kota hendak istirahat menempuh perjalanan jauh, dengan menggunakan aplikasi entah "booking" online, fasilitas hotel, gambar, jarak dari pusat pasar langsung bisa dipesan. Lengkap harga dan berbagai fasilitasnya. Tinggal "klik". Beres sudah.
Cerita ini saya dapatkan ketika tokoh nasional yang berkunjung ke Jambi. Sembari bergurau saya tanyakan "mana stafnya, pak ?. Kok tidak diajak ?". Padahal aku tahu persis. Sang staf baru pertama kali ke Jambi.
"Susah, anak muda sekarang, pak Nauli. Sebelum ke Jambi, dia sudah browsing tempat makanan dan tempat nongkrong. Sehabis makan malam tadi, dia sudah pesan go-car dan menuju tempat yang diketahuinya'.
Dunia milenial adalah dunia "keterbukaan'. Dunia yang memberikan informasi apapun didunia maya. Entah informasi, petunjuk, jalur ataupun berbagai informasi yang diperlukan.
Dalam kesempatan terpisah, saya berbicang-bincang mengenai satu tokoh nasional. Sayapun kemudian ngotot tokoh yang dimaksudkan adalah "alumni" dari kampus A. Dengan santai lawan bicara membantah sembari menunjukkan informasi tentang kampus B. Sembari menunjukkan situs yang memuat informasi. Sayapun kemudian kagok. Tidak mungkin membantah dengan informasi yang valid. Kata orang Jambi "mengaji diatas kitab". Diskusi harus sesuai dengan sumber informasinya.
Tradisi ini sudah saya perhatika apabila saya bertemu dengan generasi milenial yang lain. Sehingga saya berkeyakinan mereka mempunyai informasi yang luas tentang tema-tema diskusi tertentu. Termasuk sembari menguasai informasi-informasi penting.
Hingga sekarang saya cuma bisa senyum-senyum apabila ada yang mengaku dari kampus A atau dari kampus B tentang alumni siapapun yang bercerita di public.
"Jadi, Kalo orang yang nyantri bisa diketahui pesantrennya dimana, ya ?", pikiranku sekena.
"Udah, ah. Diskusi yang lain aja" sembariku bergegas mandi pagi.