Mohon tunggu...
Musri Nauli
Musri Nauli Mohon Tunggu... Administrasi - Media Ekspresi untuk melihat problema hukum, gejala-gejala sosial dan alam kosmologi Rakyat Indonesia

Saya mencatat peristiwa disekitar saya yang sering diperlakukan tidak adil. Dari kegelisahan saya, saya bisa bersuara. Saya yakin, apa yang bisa saya sampaikan, akan bermakna suatu hari nanti.\r\nLihat kegelisahan saya www.musri-nauli.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menulis

1 Agustus 2016   20:27 Diperbarui: 1 Agustus 2016   20:34 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Judul yang menarik akan membawa “alam kesadaran intelektual” didalam melihat pemaparan. Dengan judul yang menarik akan “membawa” pembaca “larut” dengan tema yang ditawarkan.

Judul tentu saja tidak boleh mengganggu substansi. Saya pernah membaca judul dari media online “Gadis cantik tewas karena kecelakaan’.

Judul itu akan mengganggu makna beritanya. Apakah “didalam” melihat berita kematian akibat kecelakaan, makna “cantik” kemudian digunakan untuk melihat peristiwa menyedihkan.

Apakah tidak mengganggu pikiran pembaca. Pembaca kemudian menjadi “berfikir’. Se-cantik” mana gadis yang mengalami kecelakaan ? Pembaca kemudian menerawang. Apakah gadis yang mengalami kecelakaan namun diberikan “pretense” penilaian oleh penulis “cantik” sehingga berita menjadi bias.

Kedua. Alur tulisan. Tulisan yang baik akan “menuntun” memahami alur masing-masing pikiran penulis. Tulisan yang baik mengalir “bak air sungai”. Tenang, paham namun terus mengalir hingga membaca hingga akhir tulisan.

Tentu saja dibutuhkan “kerajinan” dan kemampuan mengasah tulisan hingga dapat menentukan irama tulisan.

Sebagaimana sering disampaikan oleh para ahli, gaya tulisan mempengaruhi penulis. Ada penulis yang memulai dengan tulisan dengan peristiwa mengerikan. Ada yang memotret dari sudut yang luput dari pengamatan. Ada yang langsung menohok pembaca. Namun ada yang memaparkan angka-angka yang mencengangkan. Kesemuanya mempunyai karakter.

Tidak ada satupun yang bisa mencapai kesemuanya dengan baik. Namun kita bisa menilai tulisan Hamka, tulisan Anies Baswedan, tulisan Hatta, Syahrir, Tan Malaka, Gunawan Muhammad ataupun Ayu Utami. Kesemuanya mempunyai karakter kuat didalam tulisan.

Menemukan gaya tulisan dibutuhkan “waktu” renungan yang panjang, proses yang lama hingga pendalaman penguasaan dan sudut pandang dari penulis.

Ketiga. Penggunaan tanda baca. Ini masalah yang paling sering ditemukan. Padahal pelajaran Bahasa Indonesia diajarkan dari Kelas 1 SD hingga perguruan tinggi. Namun kaidah-kaidah dasar saja masih sering ditemukan.

Permulaan kalimat masih sering ditemukan tidka menggunakan huruf kapital. Begitu juga kalimat setelah tanda baca titik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun