Dengan melihat “sirih dan rokok” dalam penempatannya, maka sirih nan sekapur dan rokok nan sebatang merupakan adat yang diistiadatkan. Adat nan sepanjang jalan. Cupak yang sepanjang batang. Adat lamo pusako usang, yang terpahat di tiang panjang yang terlukis di bendul jati.
Adat yang diatur “luak nan bepenghulu, kampung nan tuo, alam berajo, negeri bebathin, Rantau bejenang. Dimana bumi dipijak. Disitu Langit dijunjung. Dimana tembilang tecacak. Disitu tanaman tumbuh.
Dengan melihat “sirih dan rokok” dalam seloko masyarakat Melayu Jambi, sehingga pemberian rokok atau perokok tidaklah bisa dilihat dari konteks PP 109 Tahun 2012. Peristiwa pemberian rokok dari Mensos Khofifah merupakan manifestasi tawaran persahabatan dari tamu (Mensos Khofifah) yang ingin menjalin persahabatan dengan tuan rumah (warga Rimba di Bukit Duabelas Kabupaten Sarolangun-Batanghari, Jambi)
Sudah saatnya kita “sejenak” mau memahami peristiwa sebenarnya tanpa berpretensi “meracuni” peristiwa itu. Meninggalkan keegoan dari rasa sebagai orang terpelajar tanpa memahami “dunia” yang justru menghormati nilai-nilai yang mereka anut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H