Jonan mulai menggertak dan “mempersoalkan LCC” yang dianggap sebagai biang utama tidak maksimalnya safety penumpang.
Cara Jonan mendatangi maskapai dan “mempersoalkan” tidak dilakukan briefing kepada Pilot mengenai cuaca, merupakan cara-cara Jonan “memproteksi” Kementerian Perhubungan dari serangan terhadap petinggi Kementerian Perhubungan.
Cara ini kemudian sempat berhasil sehingga serangan kepada “mekanisme izin laik terbang” sempat redup.
Ibarat permaian catur, ketika lawan mulai bertahan (defensif), Jonan mulai mengeluarkan serangan baru. Mempersoalkan LCC. Dan strategi ini mulai memakan umpan.
Jonan keliru mengambil kesimpulan dari premis-premis yang ada.
Sehingga tidak salah kemudian cara yang digunakan Jonan biasa dikenal dalam Argumentum ad hominen.
Atau Logika Jonan kita balikkkan. Premis “LCC” menyebabkan kecelakaan, maka Jonan harus mempunya angka pasti apakah LION air, Airasia, di Asia, Ryanair, EasyJet, Air Berlin, Germanwings, Tuifly di Eropa dan AirTran Airways dan Spirit Airlines di Amerika dan dikenal sebagai penerbangan berbiaya murah (LCC) telah terjadinya kecelakaan ?
Argumentum ad ignorantica.
Argumentasi ini dibangun karena “ketidaktahuan” dari lawan argumentasi. Selain itu juga bertujuan untuk melindungi argumentasi yang telah disampaikan.
Cara jitu Jonan dengan melemparkan issu LCC dilakukan bertujuan agar pihak lawan malah terlibat polemik LCC daripada mengikuti “salah urus izin laik terbang”.
Tujuan menggunakan berbagai “kesesatan” selain menguji logika yang telah disusun, sekaligus juga strategi untuk mematahkan logika yang tidak bisa dibantah. Dengan kesesatan ini, maka pihak lawan kemudian berhasil menggiring dan tidak menerima logika yang telah disampaikan.