Mohon tunggu...
Yunelfi Musraino Hohary
Yunelfi Musraino Hohary Mohon Tunggu... Administrasi - Mahasiswa Program Magister Ilmu Pertanian, Fakultas Pertanian dan Bisnis, Universitas Kristen Satya Wacana

Jl. Karang Taruna 44

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Karhutla: Pahami Faktor Pendukung Kerawanannya, Minimalisir Kejadian dan Dampaknya

7 Oktober 2019   11:40 Diperbarui: 7 Oktober 2019   12:24 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutlah) adalah salah satu peristiwa yang cukup menyita perhatian publik di negeri ini karena kejadiannya setiap tahun dan menimbulkan kerugian yang tidak sedikit. 

Baik itu kerusakan alam, kerusakan lingkungan, masalah kesehatan maupun kerugian ekonomi. Bukan hanya itu, dampak kabut asap yang ditimbulkannya sangat mengganggu kesehatan juga transportasi  darat maupun udara bahkan mengganggu negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura.

Tahun ini, peristiwa Karhutlah kembali menyita perhatian dan terkesan lebih panas dari tahun-tahun sebelumnya kerana bertepatan dengan kondisi politik dalam negeri yang sedang tinggi. 

Kehebohannya bahkan membuat Presiden Joko Widodo harus turun langsung ke lapangan guna meninjau perkembangan penanganan dan dampak yang ditimbulkan dari kebakaran ini (sekalipun sebagian orang mengganggapnya sebagai pencitraan). 

Peristiwa ini juga kemudian menjadi muatan aksi tuntutan mahasiswa dan masyarakat selain masalah UU KPK, RUU KUHP, RUU Agraria dan beberapa RUU yang dianggap kontroversi.

Memang secara kasat mata, pengendalian dan langkah antisipatif terkesan berjalan ditempat. Hal ini terbukti dengan luasan daerah terdampak yang masih sangat luas, meliputi hampir seluruh Propinsi di Indonesia kecuali Propinsi DKI Jakarta dan Propinsi Banten. 

Tahun 2019, berdasarkan data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, luasan daerah terdampak Karhutlah mencapai 328.722 Ha. 5 Propinsi dengan luasan daerah terdampak terbesar adalah Propinsi Nusa Tenggara Timur, Propinsi Riau, Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat dan Kalimantan Selatan.

Terhadap peristiwa ini, banyak kajian-kajian juga penelitian-penelitian yang sudah dilakukan guna mempelajari dan mengurai penyebab Karhutlah, dan kesemuanya itu menyatakan bahwa penyebabnya adalah karena ulah manusia. Manusia menjadi faktor utama penyebabnya dan faktor alam hanyalah menjadi pendukungnya.

Berikut ini beberapa hal yang dianggap perlu dikemukakan berkaitan dengan faktor pendukung tingkat kerawanan terjadinya Karhutlah dengan harapan kemudian dapat menjadi pijakan dalam rangkah menyusun strategi pengendalian dan langkah antisipatif terhadap peristiwa ini.

Faktor Iklim/Cuaca

Setiap peristiwa kebakaran terjadi, selalu diawali dengan munculnya titik-titik panas (hot spot) dan sangat dipengaruhi oleh kondisi alam. Musim kemarau panjang yang biasanya berlangsung dari bulan Mei -- November menyebabkan suhu semakin tinggi, curah hujan yang semakin rendah, belum lagi pergerakan angin serta adanya gejala El Nino yang semakin mempercepat potensi terjadinya karhutlah. 

Kondisi alam seperti ini juga kemudian mengakibatkan kondisi bahan bakar yang terdapat di lahan dan hutan menjadi lebih kering dan memungkinkan munculnya titik-titik panas yang membuat semakin rawan terjadi Karhutlah.

Tutupan Lahan

Tutupan lahan dalam hal ini berkaitan dengan tipe vegetasi yang ada di lahan tersebut. Lahan dengan tingkat kerawanan paling tinggi adalah tipe lahan terbuka dengan tipe vegetasi alang-alang, belukar, lahan pertanian kering, lahan pertanian kering bercampur semak. Hal ini disebabkan karena tipe vegetasi tersebut akan cepat kering di saat musim kemarau dan potensi kebakaran menjadi lebih tinggi.

Jenis Tanah

Jenis tanah yang paling rawan terjadinya kebakaran adalah tipe tanah gambut, karena pada jenis tanah ini biasanya lebih banyak muncul titik-titik panas akibat dari menumpuknya organisme yang lapuk dan jenuh dengan air. 

Kondisi ini semakin diperparah dengan menurunnya muka air tanah akibat dari pembuatan drainase/ kanal dalam rangka pengelolaan lahan industri. Menurunnya muka air tanah akan menyebabkan tanah lebih kering dan emisi karbondioksida semakin tinggi.

Fungsi Lahan

Hal ini berkaitan dengan pengelolaan lahan untuk industry atau perkebunan. Tindakan pengelolaan dengan cara membakar atau juga melalui pembuatan drainase/ kanal serta tidak memperhatikan kelestraian, akan menyebabkan tingkat kerawanan kebakaran semakin tinggi.

Jarak dengan Jalan dan Pemukiman Penduduk.

Hal ini berkaitan dengan tindakan manusia baik disengaja maupun tidak disengaja yang berpotensi meningkatkan tingkat kerawanan. Kebiasaan membuang puntung rokok sembarangan juga aktivitas-aktivitas lainnya dapat menjadi penyulut terjadinya kebakaran.

Karena itu, adalah hal yang penting untuk memperhatikan faktor-faktor pendukung kerawanan terjadinya kebakaran di atas khususnya pada musim kemarau, termasuk ketegasan dalam implementasi kebijakan pengendalian dan pemeliharaan Kawasan hutan dan lahan kepada industri-indistri pengelolaan hutan dan lahan sehingga kejadian dan dampak dari karhutlah dapat di antisipasi dan diminimalisir.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun