Jangan pernah mengabaikan fenomena baru diatas, kebijakan serta program inisiatif para politisi semakin gencar dilakukan dengan berbagai macam metode. Hal yang patut kita pikirkan bersama ialah dimana letak keseriusan mereka dalam merajut komitmen dan tekad untuk merealisasikan program yang telah ditawarkan.
Serius dalam artian menjunjung tinggi azas keadilan, berkomitmen melaksanakan gagasan yang tertuang dalam visi misi calon legislatif, dan tekad memberi peluang kepada rakyat dalam menyuarakan keadilan serta tak mengekang hak-hak yang melekat pada diri seluruh masyarakat.
Keseriusan diri kita sebagai pemilih pun akan semakin terlihat tatkala "mereka" yang kita pilih itu apakah berlandaskan kejujuran dan keberanian pribadi atau hanya mencoblos surat suara yang diakibatkan oleh serangan fajar dalam bentuk finansial para calon. Rogohan kocek yang tidak seberapa dibandingkan masa jabatan lima tahun yang akan mereka emban, hanya akan menambah citra buruk suguhan politik tanah air periode ini.
Fokus rangkaian cerita di akhir, bahwa pemilih dimudahkan oleh eksistensi pers tanah air yang mulai terlibat hebat dalam mendoktrin pikiran rakyat dalam memilih calon yang mana yang benar dan yang mana yang masalah, yang mana yang sukses membawa indonesia digdaya di pasar perekonomian kedepan yang mana yang gagal dan bahkan tergerus oleh semakin menguatnya Dollar Amerika Serikat.
Mari kembali merujuk sekilas pada maksud eksploitasi tadi, jangan sampai rakyat semakin tertindas dan terpuruk oleh wacana berbagai macam program yang ditawarkan. Karena kedepan hanya ada dua pilihan yang dihadapkan kepada rakyat, menjadi suksesor penguasa atau menjadi boneka penguasa yang senantiasa dimainkan kapapun mereka suka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H