Majelis sholawat semakin berkembang pesat di Daerah Istimewa Yogyakarta, hampir setiap malam ada kegiatan serupa di berbagai wilayah. Kegiatan ini disambut dengan antusias oleh kalangan muda dan masyarakat umum. Pembacaan sholawat yang dipadukan dengan ceramah agama atau mauidhoh khasanah yang dibawakan oleh para mubaligh menjadi sarana spiritual yang positif. Lebih dari itu, majelis sholawat telah memberi dampak sosial dan ekonomi yang signifikan bagi masyarakat.
Secara langsung, kegiatan ini memberikan lapangan pekerjaan bagi banyak pihak. Para penyedia jasa seperti panggung, sound system, tenda, dan dekorasi sangat diuntungkan. Selain itu, banyak pedagang kecil turut merasakan manfaatnya karena mendapatkan ruang berjualan di sekitar lokasi acara. Dengan kata lain, majelis sholawat tidak hanya memperkuat ikatan spiritual tetapi juga turut menggerakkan roda ekonomi kecil.
Namun, di balik manfaatnya, muncul beberapa tantangan. Salah satunya adalah kekhawatiran orang tua terhadap anak-anak mereka yang keluar malam untuk menghadiri acara ini. Majelis sholawat biasanya dimulai sekitar pukul 18.00 hingga 21.00 WIB, waktu yang sebenarnya lebih ideal diisi dengan belajar di rumah atau melakukan aktivitas produktif lainnya di bawah pendampingan orang tua. Banyak anak muda yang menggunakan izin untuk menghadiri majelis sholawat, tetapi pada kenyataannya, tidak sedikit yang hanya berkumpul di sekitar acara tanpa berpartisipasi aktif.
Kekhawatiran lain muncul dari peran majelis sholawat yang kadang dimanfaatkan oleh beberapa tokoh sebagai panggung politik. Dengan audiens yang besar, para pejabat atau calon pejabat melihatnya sebagai peluang untuk mempromosikan diri dan membangun citra di masyarakat. Hal ini bisa merusak esensi acara dan menyebabkan pandangan skeptis di kalangan masyarakat. Â
Sebagai upaya untuk mengatasi tantangan ini, peran serta dari masyarakat, pemerintah, dan lembaga pendidikan diperlukan. Pembinaan terhadap majelis sholawat menjadi langkah yang penting. Dengan adanya koordinasi, acara ini bisa dilaksanakan dalam waktu yang tidak mengganggu kegiatan belajar bagi para pelajar. Pembatasan jam acara hingga maksimal pukul 21.00 WIB, misalnya, bisa menjadi solusi agar kegiatan ini tidak mengorbankan waktu belajar generasi muda.
Majelis sholawat memiliki potensi besar untuk menjadi wadah spiritual dan sosial yang bermanfaat. Selain meningkatkan kecintaan terhadap sholawat, majelis ini juga membantu perputaran ekonomi masyarakat. Akan tetapi, perlu adanya pembinaan untuk memastikan bahwa kegiatan ini tidak mengganggu waktu belajar generasi muda dan tidak disalahgunakan sebagai alat politik. Dengan pendekatan yang tepat, majelis sholawat dapat menjadi sarana yang memperkuat nilai-nilai agama dan sosial di masyarakat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H