Mohon tunggu...
Musni Umar
Musni Umar Mohon Tunggu... -

Sociologist and Researcher, Ph.D in Sociology, National University of Malaysia (UKM)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Cegah Terulangnya Kasus Kanjeng Dimas yang Merugikan Masyarakat

3 Oktober 2016   08:26 Diperbarui: 3 Oktober 2016   17:50 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kasus Kanjeng Dimas Taat Pribadi sangat menghebohkan.  Saya banyak sekali dimintai pandangan oleh media cetak, media Online, Radio dan TV tentang Dimas Kanjeng Taat Pribadi. 

Hari Jum’at, 30 September 2016 siang, sebelum saya live di INews TV di sore hari yang membahas Fenomena Kanjeng Dimas Taat Pribadi, menjelang diskusi tentang Pilgub DKI di restoran Demang, Sarinah - Thamrin Jakarta Pusat yang diselenggarakan FKPPI, Rico Marbun, Ketua FKDM DKI bercerita kepada saya yang didengar Primus Woro dari Pemprov DKI tentang pengalamannya ketika mendampingi seorang tokoh dengan inisial MS yang mau maju menjadi Gubernur DKI ketika bertemu seorang tokoh supranatural di Banten.

Dia mengemukakan upaya tokoh itu menjadi Gubernur tidak berhasil karena sudah didahului, tetapi sebagai seorang yang beragama Nasrani, dia  percaya ada orang sakti mungkin seperti Kanjeng Dimas Taat Pribadi yang sedang menjadi topik perbincangan publik.  Dibuktikan, mobil yang mereka tumpangi tidak bisa keluar, karena dihalangi banyak mobil di depan, ketika diberitahu tokoh supranatural yang mereka temui, dalam sekejap, mobil mereka sudah berpindah di depan.

Cerita Rico Marbun tersebut mirip yang dikisahkan di dalam Alqur’an, ketika Nabi Sulaiman meminta kepada jin Ifrit untuk memindahkan istana Ratu Balqies ke tempat Nabi Sulaiman menjelang pertemuannya dengan Ratu Balqies, sehingga sang Ratu sangat kagum dan nyaman bertemu dengan Nabi Sulaiman seperti diistananya sendiri.

Marwah Daud Ibrahim, Ketua Yayasan Padepokan Kanjeng Dimas menuturkan kekagumannya ketika menyaksikan Dimas Kanjeng Taat Primadi yang mampu memindahkan uang dalam jumlah besar ke kopor yang tadinya kosong, kemudian dia menyebutnya bahwa dalam diri Kanjeng Dimas ada “karomah” (kemuliaan) yang diberikan oleh Allah. 

Masyarakat Tergoda

Cerita kesaktian Kanjeng Dimas Taat Pribadi yang disampaikan para santrinya dari mulut ke mulut dan hadirnya tokoh-tokoh terkemuka Indonesia di Padepokan Kanjeng Dimas semakin memberi keyakinan kepada masyarakat luas, apalagi kehebatannya dipublikasikan di YouTube, saat dia  mengeluarkan uang dari belakang dan dari kantung baju dalam jumlah yang besar, sehingga ada yang secara suka rela menyerahkan uangnya Rp 200 milyar untuk digandakan oleh Dimas Kanjeng.

Pertanyaannya, mengapa kasus Kanjeng Dimas  yang tidak masuk akal, amat dipercayai masyarakat?  Setidaknya, ada tiga hal yang bisa menjawab fenomena Dimas Kanjeng Taat Pribadi. 

Pertama, agama mengajarkan adanya hal-hal gaib yang bersifat supranatural seperti yang dipraktikkan Nabi Sulaiman melaui Jin Ifrit bisa menghadirkan singgasana Ratu Balqies dalam sekejap seperti dikemukakan, Nabi Musa dengan tongkatnya bisa berubah menjadi ular besar yang menelan ular-ular buatan para tukang sihir Fir’aun, juga tongkat Nabi Musa bisa membela laut merah dan menjadi jalan yang dilalui Nabi Musa dan kaumnya. Demikian pula Nabi Isa Almasih,  bisa menghidupkan kembali orang yang sudah mati.  Singkat kata, semua Nabi dan Rasul diberikan  mu’jizat oleh Allah.   

Selain para Nabi dan Rasul yang mendapatkan mu’jizat dari Allah, ada manusia yang diberikan “karomah” (kemuliaan) oleh Allah.  Itu diyakini masyarakat kita.

Sebabnya, sebelum Islam datang ke Nusantara, agama Hindu Budha yang banyak dianut masyarakat sarat dengan ajaran yang bersifat supranatural.   Kepercayaan semcam itu,  menjadi budaya dalam masyarakat yang mempercayai adanya orang “sakti” yang bisa menolong kehidupan mereka. Walaupun tidak masuk akal, tetapi tetap dipercaya (diimani).

Kedua, orientasi kepada harta benda.  Pembangunan di Indonesia yang dimulai di era Orde Baru selama 32 tahun, kemudian dilanjutkan Orde Reformasi sudah 18 tahun lamanya, orientasi pembangunan adalah ekonomi. Akibatnya, orientasi seluruh masyarakat pada harta benda.  Kemuliaan dan kehormatan diberikan setinggi langit kepada mereka yang kaya raya, tidak peduli dari mana asal-usul kekayaannya. Mereka yang kaya dan dermawan dijunjung setinggi langit. 

Perubahan orientasi masyarakat kepada serba kebendaan, melahirkan masyarakat yang korup, manusia penerabas dalam mencari kekayaan dengan jalan pintas, sehingga manusia seperti Dimas Kanjeng Taat Pribadi sangat laris di tengah-tengah masyarakat, karena memberi bukti dengan “kesaktiannya” bisa menghadirkan uang dalam jumlah besar hanya sekejap, yang disebut Polisi bisa menggandakan uang.

Ketiga,   masyarakat miskin harta, ilmu dan iman.  Masyarakat Indonesia dari lapisan masyarakat bawah (lower class) dan paling bawah (lower-lower class) yang sudah lama menderita karena kemiskinan yang mendera mereka, miskin ilmu dan iman, sangat tertarik ketika ada yang memberi informasi tentang kesaktian Dimas Kanjeng Taat Pribadi, sehingga apa saja yang dimiliki dijual untuk mendapatkan uang guna diserahkan ke santri Dimas Kanjeng untuk digandakan.

Tidak Masuk Akal

Kisah para Nabi dan Rasul yang diutus Allah untuk menyelamatkan umat mereka dan umat manusia, dengan senjata “mu’jizat” untuk membuktikan tentang kebenaran bahwa mereka adalah Nabi dan Rasul, selalu dihubungkan dengan orang-orang “sakti” yang juga mendapat “karomah” (kemuliaan) untuk menolong mereka yang memerlukan bantuan dan pertolongan.

Kasus Kanjeng Dimas Taat Pribadi sangat fenomanal karena mempunyai santri dan pengikut setia yang amat banyak, menyebabkan banyak pejabat sipil dan militer datang berkunjung ke Padepokan Dimas Kanjeng di Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur.

Hal itu terjadi disebabkan banyak faktor, diantaranya pemahaman ajaran agama yang kurang, orientasi kehidupan yang serba kebendaan, sehingga mau segera kaya dengan cara apapun.  Selain  kemiskinan harta, juga kemiskinan ilmu dan iman, sehingga mudah diperdaya untuk hal-hal yang tidak masuk akal.   

Cara mencegah terulangnya kasus Dimas Kanjeng bukan dengan pidato dan fatwa, tetapi mewujudkan tujuan kita merdeka  yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa. 

Kalau segenap bangsa Indonesia tidak dilindungi, tidak dimajukan kesejahteraannya dan tidak dicerdaskan, maka kasus semacam Lanjeng Dimas Taat Pribadi akan terus terulang di masa depan.

Allahu a’lam bisshawab 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun