Tadi malam (14/8/2016) sekitar pukul 19.15 wib, saya menyaksikan di TV ONE wawancara Yusril Ihza Mahendra, bakal calon Gubernur DKI Jakarta  dan KH Said Agil Siradj, Ketua Umum PB NU, setelah Yusril melakukan kunjungan silaturrahim di kantor PB NU, Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat.
Salah satu point yang disampaikan Yusril dalam wawancara TV ONE bahwa kunjungannya ke PB NU untuk meminta restu Saefullah, Ketua NU DKI Jakarta diizinkan untuk mendampinginya sebagai bakal calon Wakil Gubernur DKI Jakarta.
KH Said Agil Siradj seperti diberitakan TV ONE, memberi izin dan dukungan walaupun diakui tidak mudah mengalahkan petahana (Basuki T. Purnama).
Saling Melengkapi dan Punya Peluang Menang
Yusril dan Saefullah, harus diakui bahwa keduanya adakah putera terbaik Indonesia.  Yusril lahir dan besar di Belitung Timur - Sumatera,  satu kampung dengan Gubernur Ahok.  Setelah menamatkan pendidikan SMA di kampung halamannya, baru hijrah ke Jakarta, kemudian  melanjutkan pendidikan hukum dan filsafat di Universitas Indonesia.
Sementara Saefullah,  lahir dan besar serta menempuh pendidikan di Jakarta  dan berkarir di Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) atau yang popular dengan sebutan Pegawai Negeri Sipil (PNS).
Yusril sejak mahasiswa sudah aktif di badan eksekutif mahasiswa UI, organisasi ekstra mahasiswa (HMI) dan banyak belajar politik ke para tokoh nasional seperti Mohammad Natsir, Mohammad Roem, Kasman Singadimedjo, Osman Raliby, dan lain-lain.Â
Setelah Yusril menyelesaikan pendidikan doktoralnya di Universiti Sains Malaysia (USM), dia memulai karir menjadi dosen di almamaternya Universitas Indonesia, kemudian menjadi staf khusus di Kementerian Sekretariat Negara (Sekneg). Â Pada saat itu, dia banyak belajar politik dan mengurus negara kepada Pak Moerdiono (Mensekneg), Pak Saadillah (Menseskab) dan Pak Harto, Presiden RI.
Selama beberapa tahun lamanya, Yusril menjadi penulis pidato Presiden Soeharto. Bahkan menjelang lengsernya Pak Harto dari kekuasaannya, Yusril merupakan tokoh yang terlibat langsung dalam menyusun pidato Pak Harto untuk berhenti sebagai Presiden RI.
Lengsernya Pak Harto sebagai Presiden RI, tidak serta merta Yusril masuk kotak. Â Pada pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid, Yusril dipercaya menjadi Menteri Kehakiman dan HAM, begitu pula ketika Presiden Megawati Soekarno Putri menjadi Presiden RI, Yusril tetap dipercaya menjadi Menteri Kehakiman dan HAM.
Pada saat SBY menjadi Presiden RI, Yusril diberi kepercayaan menjadi Menteri Sekretaris Negara.