Mohon tunggu...
Musni Umar
Musni Umar Mohon Tunggu... -

Sociologist and Researcher, Ph.D in Sociology, National University of Malaysia (UKM)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Idul Adha, Napak Tilas Ibrahim-Ismail dan Pelajaran yang Bisa Dipetik

13 September 2016   05:21 Diperbarui: 13 September 2016   06:44 363
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Idul Adha atau Idul Qurban adalah hari raya terbesar dalam Islam.  Ia dirayakan pada 10 Dzulhijjah, yang sarat dengan makna karena merupakan napak tilas Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail,  yang didalamnya memberi pelajaran tentang nilai-nilai  pengorbanan, kepatuhan dan ketaatan kepada Allah.

Dalam Islam, ada dua hari raya, pertama, hari raya Idul Fitri, yang dirayakan sesudah umat Islam melaksanakan ibadah puasa sebulan penuh.  Kedua, hari raya Idul Adha atau Idul Qurban, yang dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan haji di Makkah Al Mukarramah.  

Di Indonesia, hari raya Idul Fitri, sangat semarak dirayakan karena banyak sekali yang pulang kampung yang popular dengan istilah mudik.

Sementara di berbagai negara yang berpenduduk Muslim, terutama di Timur Tengah, hari raya Idul Adha dirayakan dengan semarak bersamaan dengan saat kaum Muslim melaksanakan ibadah haji, sehingga sering disebut Idul Akbar (Hari raya besar).

Napak Tilas Ibrahim, Ismail dan Hajar

Dalam merayakan hari raya Idul Adha, setidaknya ada tiga tokoh sentral, yang harus dinapak- tilasi. Pertama, Ibrahim. Beliau dikenal dengan sebutan al-khalil (Kekasih Allah) yang juga merupakan salah satu rasul ulul azmi,  yaitu rasul yang mendapatkan keistimewaan karena kesabaran dan ketabahan yang luar biasa serta mukjizat yang diberikan Allah kepada mereka sebagai bukti akan kerasulannya. Dalam Islam, hanya ada lima Nabi dan Rasul yang disebut ulul ‘azmi yaitu Nuh, Ibrahim, Musa, Isa dan Muhammad.  

Ibrahim merupakan sosok manusia yang fenomenal dan menjadi ikon utama dalam sejarah proses pencarian Tuhan yang Maha Esa (Monoteisme).  Tidak hanya itu, tetapi juga Ibrahim melakukan perlawanan terhadap mereka yang menyekutukan Tuhan dan melakukan penyebaran keyakinan untuk menyembah Allah sebagai satu-satunya Tuhan, sehingga harus dihukum oleh raja Namrudz dengan dibakar hidup-hidup didalam unggun kayu api yang tinggi dan besar.  Juga Ibrahim berjasa dalam prosesi pembangunan ka’bah, sampai dengan terciptanya ibadah haji dan hari raya Idul Adha.

Kedua,   Ismail yang tidak lain adalah putera semata wayang dari Ibrahim yang diperolehnya dari Siti Hajar. Ismail dalam sejarah Idul Adha digambarkan sebagai seorang anak yang sangat taat kepada Allah, sehingga apapun yang diperintahkan Allah akan dilakoni dengan penuh kepasrahan dan tawakkal.

Sebagaimana dikisahkan dalam Alqur’an, tatkala usia Ismail menginjak dewasa, Ibrahim berkata kepadanya, “Hai anakku, saya bermimpi dalam tidur diperintahkan oleh Allah untuk menyembelihmu (sebagai kurban), bagaimana pendapatmu? Ismail menjawab “Hai bapakku, lakukan apa yang diperintahkan oleh Allah, insya Allah saya akan patuh dan sabar.  Ketika Ibrahim mau menyembelih Ismail, Allah menggantinya dengan seorang binatang yang besar, dan Ismail selamat.  Peristiwa ini diabadikan oleh Allah dengan perintah menyembelih hewan kurban sebagai symbol ketaatan, kepatuhan dan pengorbanan kepada Allah sebagai ujian keimanan dan ketaqwaan.

Ketiga,  Hajar yang merupakan istri kedua Ibrahim. Dia adalah ibunda Ismail, yang dapat menjadi teladan bagi banyak wanita tentang bagaimana taat kepada suami, taat perintah Allah,  dan menyayangi anak. Hajar merupakan tokoh sejarah yang mengawali terbentuknya kota Mekkah.

Dalam sejarah disebutkan, ketika berlari-lari antara Safa dan Marwah mencari air untuk memberi minum kepada putra kesayangannya Ismail, Allah menolong dengan munculnya air zam-zam.  Peristiwa ini kemudian diabadikan untuk berjalan pulang pergi dari Safa ke Marwah sebanyak 7 kali dalam ritual ibadah haji.

Pelajaran yang bisa dipetik

Hari raya Idul Adha yang dirayakan kemarin dengan salat dua rakaat, mendengarkan khutbah, dan melakukan penyembelihan kurban, merupakan refleksi dari kesalehan individual. 

Pelajaran yang bisa dipetik dari Nabi Ibrahim, Nabi Ismail dan Siti Hajar, pertama, ketaatan kepada Allah mengalahkan segalanya.  Apapun yang diperintahkan oleh Allah dilaksanakan dengan penuh ketaatan.

Kedua, kesabaran.  Perintah Allah dilaksanakan dengan sabar.  Allah menyebutkan di dalam Alqur’an “fasabrun jamiil wallahul musta’anu maa tashifuun” (sabar adalah perbuatan yang indah dan Allah akan menolong mereka yang bersifat sabar).

Ketiga, pengorbanan.  Keberanian Ibrahim melaksanakan perintah Allah dan kesediaan Ismail untuk disembelih dan kerelaan Siti Hajar mengabulkan permintaan suaminya untuk menyembelih putra kesayangannya yang semata wayang merupakan pengorbanan luar biasa yang tidak ada bandingannya.  Itu sebabnya peristiwa tersebut diabadikan dan dimuat dalam Alqur’an untuk diamalkan dalam bentuk penyembelihan hewan qurban yang dilaksanakan pada 10, 11 dan 12 dalam bulan Zulhijjah yang disebut ayyamuttasyriiq.  

Pelajaran yang amat penting untuk diteladani dalam napas tilas Nabi Ibrahim, Nabi Ismail dan Siti Hajar bahwa  manusia harus taat kepada Allah.  Wujudnya dengan mengamalkan yang diperintahkan dan menjauhi yang dilarang. 

Selain itu, dalam hidup ini banyak tantangan, godaan dan hambatan, maka dalam mengamalkan perintah Allah dan menjauhi larangannya, setiap orang harus sabar.  Tidak mungkin sesuatu bisa dijalani dengan baik, jika tidak ada kesabaran.  Sabar merupakan pilar untuk sukses di dalam hidup.  Walaupun sulit, tetapi harus dilakukan dalam menjalani kehidupan sesuai perintah Allah supaya selamat di dunia dan di akhirat.    

Terakhir, tidak ada kemuliaan dan kesuksesan tanpa pengorbanan.  Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail serta Siti Hajar telah memberi contoh cara untuk meraih kemulian dan keselamatan dunia dan akhirat. Semoga kita bisa meneladaninya.  

Allahu a’lam bisshawab

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun