Mohon tunggu...
Musni Umar
Musni Umar Mohon Tunggu... -

Sociologist and Researcher, Ph.D in Sociology, National University of Malaysia (UKM)

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Media, Jessica, dan Pembunuh Mirna yang Samar

9 September 2016   08:47 Diperbarui: 9 September 2016   14:27 2268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Terdakwa Jessica Kumala Wongso. KOMPAS.com / GARRY ANDREW LOTULUNG

Minggu lalu, 05 September 2016, TV One mewawancarai saya tentang sidang Jessica Kumala Wongso yang didakwa membunuh Mirna Salihin, sangat marak diberitakan oleh media, ada apa dibalik itu.  Padahal Jessica dan Mirna bukan public figure yang biasanya kalau menghadapi masalah sangat ramai diberitakan media. 

Dengan pemeritaan media yang masif, maka jaksa penuntut umum mengajukan saksi yang sangat banyak, sehingga sidang di pengadilan yang sejatinya berlangsung cepat dan mudah, dalam kasus Jessica Kumala Wongso, tidak menjadi kenyataan karena berlangsung sangat lama dan melelahkan. 

Sebagaimana diberitakan media, sidang Jessica Kumala Wongso telah berlangsung sebanyak 19 kali. Pihak Jaksa sebagai penuntut umum telah menghadirkan sebanyak 17 saksi, sementara pengacara Jessica Kumala Wongso, Otto Hasibuan, baru menampilkan 2 (dua) saksi ahli. Satu di antaranya Prof Dr Beng Beng Ong, pakar Patologi Forensik dari Brisbane, Australia.

Peranan Media

Dalam wawancara dengan TV One saya tegaskan bahwa perhatian publik yang luar bisa terhadap kasus Jessica yang didakwa membunuh Mirna Salihin, teman kuliah di Australia, merupakan bukti bahwa media bisa melakukan apa saja untuk membuat suatu kasus menarik bagi publik.

Sangat aneh karena Jessica dan Mirna adalah rakyat biasa –bukan public figure, tetapi mengapa bisa mendapatkan perhatian besar dari publik, yang dicerminkan dengan banyaknya masyarakat yang menghadiri setiap persidangan Jessica. 

Selain itu, berita dalam persidangan Jessica, banyak sekali masyarakat meresponnya. Jawabannya, hanya satu yaitu telah berhasil mem-blow up kasus kematian Mirna Salihin, menjadi kasus besar yang mengandung misteri, sehingga publik terprovokasi dan merasa rugi kalau tidak mengikuti proses persidangan Jessica di PN Jakarta Pusat.

Setelah publik keranjingan mengikuti berita proses pengadilan Jessica, maka media tidak mungkin tidak memberitakan secara massive, karena sangat banyak yang membaca dan menontonnya. Pada saat yang sama, perusahaan berlomba memasang iklan di media.

Jadi saya mengatakan dalam wawancara di TV One, bahwa peranan media amat besar dalam mengangkat isu pembunuhan Mirna Salihin, sehingga publik meresponnya.

Publik tidak Yakin   

Jaksa penuntut umum pada mulanya berhasil membangun konstruksi hukum dengan menghadirkan para saksi sehingga mampu meyakinkan ketua dan anggota majelis hakim serta publik bahwa pembunuh Mirna Salihin adalah Jessica Kumala Wongso.

Akan tetapi, setelah pengacara Jessica, Otto Hasibuan menghadirkan Prof Dr Beng Beng Ong, pakar Patologi Forensik dari Brisbane, Australia, saya yakin ketua dan anggota majelis hakin PN Jakarta Pusat, apalagi publik (masyarakat) goyah keyakinan mereka bahwa pembunuh Mirna adalah Jessica. Prof Beng Beng Ong, menurut saya sangat hebat, karena mampu menjelaskan sesuai dengan kepakarannya, dan meyakinkan publik bahwa dia tidak yakin Mirna meninggal karena minum kopi sianida.

Prof Ong menyatakan penyebab kematian Mirna tidak bisa dipastikan karena tidak ada proses otopsi.  "Tanpa otopsi tak bisa ditentukan penyebab kematian, jadi laporan kematian tidak dapat dikeluarkan," kata Ong, di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Senin, 5 September 2016.

Dia mengaku sebagai Dosen Senior di Fakultas Kedokteran Queensland University, Australia meragukan kematian Mirna disebabkan keracunan sianida. Jika benar-benar tewas akibat siandia, seharusnya dalam cairan lambung terdapat bekas sianida yang tersisa.

Prof Ong lebih lanjut mengemukakan dihadapan majelis hakim yang mengadili kasus Jessica, “Perkiraan saya sianida seharusnya dapat terdeteksi dari analisis toksikologi. Namun dari hasil tes toksikologi dari jenazah Mirna 70 menit setelah ia tewas, tak ada kandungan siandia dalam cairan lambung. Sianida juga tak ditemukan dalam empedu dan hati serta air seni,"

Dari hasil laporan toksikologi jenazah, kata Prof Ong,  tidak ada ciri-ciri bahwa Mirna keracunan sianida. Ciri-ciri orang yang keracunan sianida yakni warna tubuh yang berubah menjadi merah setelah keracunan. Lalu Sel yang akan kehilangan pewarnaan vakuolasi sel basal. "Ciri-ciri seperti ini tak diuraikan oleh patologi ketika ia memberika penjelasan dalam laporan.

Kesaksian Prof Dr Beng Beng Ong, mengubah keyakinan masyarakat bahwa sebab kematian Mirna Salihin bukan karena meminum kopi sianida.

Bagaimana kelanjutan sidang kasus Jessica, publik yang sudah telanjur terprovokasi dari pemberitaan media, akan terus mengikutinya. Semoga misteri kematian Mirna terungkap.

Allahu a’lam bisshawab

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun