Mohon tunggu...
Musni Umar
Musni Umar Mohon Tunggu... -

Sociologist and Researcher, Ph.D in Sociology, National University of Malaysia (UKM)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Kondisi Sosial Ekonomi yang Melatarbelakangi Prostitusi Anak

1 September 2016   07:59 Diperbarui: 1 September 2016   16:03 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: stok foto | okezone.com

Kedua, kebodohan. Merupakan realitas bahwa masih banyak orang tua di desa-desa yang berpendidikan rendah, kurang ilmu dan ingin hidup senang sebagaimana yang mereka selalu saksikan di TV dan media. Kombinasi kemiskinan dan kebodohan serta ingin hidup senang, anak dijadikan sebagai properti untuk mendapatkan uang.

Maka, berbagai kasus trafficking, TKW ilegal, perempuan dijadikan budak seks bebas dan anak-anak jadi jual beli seks bebas dan sebagainya tidak lain dan tidak bukan adalah merupakan akibat dari kemiskinan, kebodohan dan hasrat ingin hidup senang sebagaimana dikemukakan di atas.

Solusinya, adalah kembali kepada tujuan kita berbangsa dan menerima yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945. Pemerintah harus fokus mewujudkan, pertama, melindungi segenap bangsa dan, kedua, memajukan kesejahteraan umum, ketiga, mencerdaskan kehidupan bangsa.

Tragedi kemanusiaan yang dialami sebanyak 99 anak di Puncak, Bogor, Jawa Barat, merupakan puncak gunung es yang pasti masih banyak yang mengalami nasib yang hampir sama, tetapi belum terungkap ke permukaan.

Untuk mengakhiri kejadian yang memilukan hati, maka anak-anak Indonesia harus dibebaskan dari kemiskinan dengan memberi beasiswa penuh kepada anak-anak dari keluarga miskin, dengan konsep satu keluarga miskin satu sarjana, karena hanya melalui pendidikan yang berkualitas, yang menyadarkan dan mencerahkan, bisa membebaskan kemiskinan yang masih dialami sebagian bangsa Indonesia.

Wallahu a’lam bisshawab

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun