Menjelang akhir puasa Ramadhan 1437 H, saya menurunkan tulisan yang saya beri tajuk “La Tuakhir ‘Amalal Yaumi Ilal Ghadi” (Jangan Tunda Pekerjaan Hari ini Sampai Besok).
Saya berharap tulisan ini bisa memotivasi seluruh bangsa Indonesia supaya mengambil hikmah (manfaat) dan pelajaran dari pelaksanaan ibadah puasa, supaya budaya lama bangsa Indonesia termasuk di kalangan Pegawai Negeri Sipil/Aparatur Sipil Negara yang lamban, lelet, kurang disiplin, suka menunda pekerjaan, tidak menghargai waktu, tidak progresif, dan tidak professional, usai melaksanakan ibadah puasa berubah prilaku dan budaya menjadi disiplin waktu seperti disiplin saat buka puasa, sahur, shalat, bayar zakat fitrah,dan sebagainya, karena disiplin dan tidak menunda pekerjaan merupakan budaya modern yang harus diamalkan bangsa Indonesia agar bisa maju dan mampu bersaing dengan bangsa-bangsa lain di dunia.
Untuk memprovokasi seluruh bangsa Indonesia terutama yang sedang mengakhiri ibadah puasa, saya meminjam ungkapan yang amat sering digaungkan di kalangan santri “La Tuakhir ‘Amalal Yaumi ilal Ghadi” (jangan tunda pekerjaan hari ini sampai besok).
Ungkapan serupa sering kita dengar dan baca dengan kalimat “things to do today”, “don’t wait for tomorrow”, “don’t wait until tomorrow”.
Pentingnya melaksanakan pekerjaan hari ini dan tidak menunda sampai besok, disuarakan oleh Leo Sayer, seorang musisi terkenal berkebangsaan Inggris dan menetap di Australia, dia menyanyikan lagu yang diberi tajuk “Don’t Wait until Tomorrow”. Saya kutip secara lengkap lagu yang didendangkan Leo Sayer
Don't wait until tomorrow It may come too late Don't wait until tomorrow
Only fools hesitate Take hold of every chance That's offered to you Don't say it can wait That never will do
Don't wait until tomorrow 'Cos it won't wait for you Well I wonder sometimes
What the future will be And all that it tells me Is wait and see Should I let the wind carry me
Like a wave on the shore But I don't want my life To just pass me by When I think I'll grow old
It just makes me cry There's too much to do and to say And I don't have the time It's all a waste of time
Don't wait until tomorrow The waiting's no fun Don't wait until tomorrow Tomorrow never comes
Take hold of every chance That's offered to you Don't say it can wait That never will do
Don't wait until tomorrow 'Cos it won't wait for you.
Revitalisasi Budaya Lama
Nenek moyang kita mengajarkan pepatah “alon-alon waton kelakon”, yang sering dimaknai “biar lambat asal selamat”.
Pepatah tersebut telah menjadi bagian dari kehidupan mayoritas bangsa Indonesia dan telah menjadi budaya. Bahkan di kalangan Aparatur Sipil Negara (dahulu disebut Pengawai Negeri Sipil (PNS) sangat kental pengamalan budaya tersebut, misalnya ungkapan “Kalau Bisa Diperlambat Mengapa Harus Dipercepat”. Itu sebabnya JK nama panggilan Muhammad Jusuf Kalla, Wakil Presiden RI mengungkapkan semboyan “lebih Cepat Lebih Baik”.
Menurut saya, pepatah “Alon-alon Waton Kelakon” yang telah diresapi, diamalkan dari satu generasi ke generasi berikutnya dan bahkan telah menjadi budaya bangsa Indonesia, suka tidak suka dan mau tidak mau harus direvitalisasi dengan menegaskan “Biar Cepat Asal Selamat”. Maksudnya suatu pekerjaan harus dikerjakan dengan penuh ketelitian, kehati-hatian supaya selamat, tetapi harus dikerjakan dengan cepat”.
Maka ungkapan “Lakukan Hari Ini Jangan Tunda Besok”, sangat relevan dikemukakan untuk dilaksanakan, karena mayoritas bangsa Indonesia termasuk mereka yang bekerja dan mengabdi di hampir semua institusi di Indonesia, mulai dari institusi swasta, perguruan tinggi, parlemen, pemerintahan dari pusat sampai di tingkat kelurahan/pedesaan, lembaga yudikatif dan sebagainya, belum menyadari dan mengamalkan pentingnya disiplin dalam seluruh lapangan kehidupan.