Mohon tunggu...
Musni Umar
Musni Umar Mohon Tunggu... -

Sociologist and Researcher, Ph.D in Sociology, National University of Malaysia (UKM)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mudik ke Kampung Halaman, Apa yang Dicari?

2 Juli 2016   18:14 Diperbarui: 3 Juli 2016   15:58 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puasa Ramadhan hari ke-27 hari ini, saya di wawancara RCTI dan MNC Media tentang fenomena “mudik”.  Seperti biasa, kalau saya diwawancara dua atau tiga media, saya selalu berusaha tidak mengulangi  apa yang saya kemukakan di satu media dengan media lain.   Walaupun pertanyaan yang dikemukakan sama karena topik yang dibahas adalah sama seperti wawancara saya hari ini yang membahas “mudik”.

Tulisan ini, untuk melengkapi dua wawancara saya di RCTI dan MNC Media, semoga memberi pengetahuan kita mengapa mudik tidak bisa dibendung, dan seolah tidak ada pengaruhnya untukmengurangi animo mudik dengan munculnya media internet dan media sosial. 

Mudik berasal dari bahasa Jawa yaitu mulihdilik yang berarti pulang sebentar. Mudik di Indonesia identik dengan tradisi tahunan yang telah menjadi budaya – pulang kampung sebentar yang dilakukan menjelang hari raya besar keagamaan seperti Lebaran Idul Fitri.

Mudik merupakan fenomena sosial yang amat kolosal, karena kembali ke kampung halaman secara besar-besaran dalam waktu yang bersamaan – menjelang lebaran Idul Fitri.

Karena mudik bersifat kolosal yaitu luar biasa ramainya yang pulang kampung, maka banyak hal yang tidak nyaman selama mudik.   

Pertanyaannya, mengapa tidak kapok mudik menjelang lebaran Idul Fitri?  Pada hal mudik banyak pengorbanan yang dilakukan.

Sejumlah pengorbanan yang dialami para pemudik sebelum tiba  di kampung halaman.

Pertama, banyak mengeluarkan dana.  Tiket pesawat, kereat api, kapal laut  dan bus, bisa naik berlipat kali dari keadaan normal.  

Kedua, calon penumpang pesawat, kereta api, kapal laut dan bus berdesak-desak di bandara, di terminal kereta api, terminal pemberangkatan kapal laut dan terminal bus.

Ketiga,  macet dalam perjalanan mudik terutama yang melalui darat.  

Keempat, sangat melelahkan karena sedang berpuasa, sementara perjalanan mudik tidak nyawan.

Kelima, banyak kecelakaan selama mudik.

Apa yang Dicari?

Mudik sulit dipahami bagi mereka yang hanya memaknai dari perspektif ekonomi belaka, karena lebih banyak ruginya ketimbang untungnya.

Pertanyaannya, apa yang dicari dan ditemukan para pemudik sehingga rela mengeluarkan uang dalam jumlah besar, rela berkorban tenaga dan waktu.

Pertama, menemukan kebahagian, kedamaian dan kesenangan ketika mudik di kampung halaman.

Kedua, bisa bersilaturrahim dengan orang tua, keluarga dan sanak family di kampong halaman.

Ketiga, dapat mengenang masa-masa indah dimasa kecil, sehingga kebahagian dan kesenangan diraih kembali.

Keempat, bisa berziarah dan berdoa ke makam orang tua, keluarga dan mereka yang dicintai dan dikasihi.

Kelima, terobati kerinduan di kampung halaman.

Untuk meraih kebahagiaan, kedamaian dan kesenangan di hari raya Idul Fitri, para pemudik rela berkorban harta dan tenaga - tidak peduli kesulitan dihadapi dalam perjalanan mudik.

Selamat mudik, semoga selamat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun