Mohon tunggu...
Musni Umar
Musni Umar Mohon Tunggu... -

Sociologist and Researcher, Ph.D in Sociology, National University of Malaysia (UKM)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dr. Singgahan Lubis: Satu Tahun Jadi Dekan Saya Mundur Jika Gagal

17 Juni 2016   09:41 Diperbarui: 17 Juni 2016   10:00 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Mengubah budaya lama yang tidak berorientasi kepada kinerja atau prestasi, harus dilakukan di era persaingan bebas. Mereka yang masih memegang cara-cara lama harus diubah.  Hal itu, yang ingin dilakukan Dr. Singgahan Lubis. 

Saya termasuk yang amat setuju dan mendukung prinsip yang dipegang dan mau diwujudkan Dr. Singgahan sebagai Dekan Fakultas Agama Islam Universitas Ibnu Chaldun (UIC). 

Setidaknya ada tiga cara yang harus dilakukan untuk mewujudkan supaya semua institusi di Indonesia termasuk dilembaga pendidikan tinggi, menjadikan kinerja atau prestasi sebagai tolok ukur untuk menentukan lama seseorang memegang suatu jabatan. 

Pertama, memberi contoh teladan tentang pentingnya kinerja menjadi acuan dalam menentukan lama seseorang memegang jabatan seperti yang ingin dilakukan Dr. Singgahan. Pada masyarakat dan bangsa yang sudah maju, kinerja sudah menjadi tolok ukur dan penilaian utama seseorang yang memegang suatu jabatan.  Pejabat yang tidak berkinerja, segera mundur dari jabatannya jika dinilai oleh publik.  Dalam pemerintahan, pejabat atau menteri yang tidak berkinerja, diganti oleh Presiden.

Kedua, menyadarkan publik atau mahasiswa, jika ada pejabat termasuk rektor yang tidak berprestasi  untuk  mundur secara suka rela atau dipaksa mundur atau diberhentikan dari jabatannya, karena jika dibiarkan, maka akhirnya yang rugi adalah yang dipimpin.  Ini penting, karena budaya mundur atau berhenti dari jabatan belum menjadi bagian kehidupan bangsa Indonesia.

Ketiga, melembagakan kinerja dan prestasi sebagai tolok ukur  untuk menentukan lamanya  seseorang memegang suatu jabatan.  Penting menjadikan pelembagaan kinerja sebagai basis penilaian seseorang yang memegang jabatan, karena ada budaya ewuhpakewuh, budaya harmoni, dan budaya malu belum diamalkan para pejabat.  Apalagi kekuasaan masih dianggap sebagai sumber memperoleh penghasilan yang tinggi dan mendapat penghormatan, sehingga sulit diwujudkan, jika tidak ada tekanan publik.

Semoga contoh teladan yang menjadi tekad Dr. Singgahan Lubis menjadi bagian dari proses perubahan untuk membawa perbaikan dan kebangkitan pendidikan tinggi di Indonesia dan bangsa Indonesia pada umumnya.

Allahu a’lam bisshawab

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun