Mohon tunggu...
Musni Umar
Musni Umar Mohon Tunggu... -

Sociologist and Researcher, Ph.D in Sociology, National University of Malaysia (UKM)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Demo Hari Buruh Jangan Rusuh

30 April 2016   08:34 Diperbarui: 1 Mei 2016   04:24 258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dunia perburuhan di masa dahulu dan di masa sekarang sangat berbeda, begitu pula demo di masa lalu dan di masa sekarang, juga berbeda.   

Dunia perburuhan sekarang, lebih bebas - bisa demo di depan istana, di depan gedung DPR RI dan boleh melakukan long march serta berorasi yang mengecam para penguasa, tetapi bak “Anjing menggonggong kafilah lalu.”

Sebagai contoh, tuntutan pencabutan outsourcing yang tercantum dalam UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, setiap tahun selalu dipersoalkan buruh dalam demo, tetapi tidak pernah direspon tuntutan buruh tersebut.

Mengenai upah buruh, setahu saya selalu direspon pemerintah. Hanya memang tidak mudah diatasi sesuai tuntutan buruh, karena terkait erat dengan kemajuan suatu perusahaan.  Pemerintah daerah selalu berusaha menyesuaikan upah para buruh melalui penetapan Upah Minimum Provinsi (UMP), tetapi realisasinya  sangat ditentukan kondisi keuangan dan kemajuan suatu perusahaan.

Oleh karena itu, dalam kondisi apapun, kalau demo mesti memperhatikan keamanan.  Jangan sampai demo buruh menyebabkan terjadi chaos, huru-hara dan konflik sosial.

Demo di DKI Jakarta, saat ini sangat rawan disusupi dan ditunggangi.  Selain karena menjelang pemilihan umum kepala daerah di DKI Jakarta tahun 2017, tetapi juga karena banyak isu-isu politik seperti penggusuran warga dan pedagang kaki lima (PKL) dan berbagai kebijakan pemerintah provinsi DKI,  dirasakan tidak pro wong cilik. 

Oleh karena itu, demo buruh harus dijaga oleh buruh dan aparat keamanan, jangan ada penyusupan, sabotase, anarkisme, yang menyebabkan terjadi chaos, yang menimbulkan kerusuhan,  huru-hara dan konflik sosial.

Allahu  a’lam bisshawab

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun