Mohon tunggu...
Musni Umar
Musni Umar Mohon Tunggu... -

Sociologist and Researcher, Ph.D in Sociology, National University of Malaysia (UKM)

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Pemecatan Fahri Hamzah dan Gamari Sutrisno, Serta Implikasinya ke PKS

9 April 2016   15:13 Diperbarui: 10 April 2016   12:06 3677
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Merugikan PKS
Pemilih PKS dalam setiap pemilihan umum, mayoritas adalah masyarakat urban perkotaan yang sangat sensitif, dan peka terhadap isu-isu keadilan, demokrasi, dan HAM. Selain itu, cukup rasional, kecuali beberapa daerah seperti daerah pemilihan GS di jateng III.

Maka secara sosiologis, pemecatan Fahri Hamzah dan Gamari Sutrisno dari PKS, akan menimbulkan banyak mudarat bagi PKS.

Pertama, publik akan terusik rasa keadilannya atas pemecatan Fahri Hamzah dan Gamari Sutrisno, karena mereka tidak pernah diberi peringatan bersalah dengan peringatan 1, 2. 3 oleh Fraksi PKS sebagai lembaga formal yang menaungi mereka di DPR RI. Begitu pula, PKS sebagai partai politik tidak pernah kita dengar ada peringatan tertulis 1. 2. 3 yang bisa menjadi alat bukti hukum di pengadilan.

Kalaupun benar Fahri Hamzah dan Gamari Sutrisno melakukan kesalahan berat dan harus dipecat dari PKS dan DPR RI, publik akan menilai tidak adil hukuman yang ditimpakan kepada mereka. Luthfi Hasan Ishaq, mantan Presiden PKS yang sekarang sedang menjalani hukuman penjara di Sukamiskin Bandung, dengan vonis melakukan tindak pidana korupsi, tidak dipecat dari PKS. Padahal perbuatannya merusak nama baik PKS, dan PKS nyaris bubar akibat perbuatannya.

Kedua, publik akan menilai PKS tidak professional. Pada hal jargonnya “professional”. Sejatinya masalah Fahri Hamzah dan Gamari Sutrisno dipecahkan dengan semangat ukhuwah dan musyawarah. Pemecatan Fahri Hamzah dan Gamari Sutrisno, cepat atau lambat akan dinilai publik bahwa PKS tidak mempunyai kemampuan mengelola “kader” sebagai potensi untuk membesarkan dan memajukan PKS. Analoginya, kalau kader PKS saja tidak bisa dikelola dan pemecahannya dengan "pemecatan" dari PKS, apalagi masyarakat Indonesia yang heterogen dan susah diatur, bagaimana kalau PKS diberi kepercayaan memimpin negara. 

Ketiga, PKS sebagai partai kader dirusak dari dalam melalui pemecatan kedua kader terbaiknya. Mereka yang dipecat akan melakukan perlawanan. Dalam perlawanan, segala kelemagan PKS akan dibuka ke publik dan lawan politik akan memanfaatkan kasus pemecatan Fahri Hamzah dan Gamari Sutrisno untuk mengail di air keruh untuk merusak citra PKS.

Keempat, PKS akan kehilangan momentum untuk melakukan konsolidasi menghadapi Pemilukada 2017 dan pemilu legislatif 2019 karena sibuk mengurus dampak negatif dari pemecatan FH dan GS.

Kelima, Fahri Hamzah dan Gamari Sutrisno akan melakukan perlawanan semesta. Mereka akan menggalang kekuatan dan dukungan untuk melawan petinggi PKS. 

Perlawanan FH dan GS yang akan dilakukan adalah melalui Pengadilan Negeri, Pengadilan Tinggi, dan MA. Selain itu, menggalang opini publik dengan menggunakan media sosial, media cetak, media online dan media elektronik. Dampak negatifnya, citra PKS akan tergerus di mata publik, dan dalam pemilu legislatif 2019, PKS berpotensi kehilangan dukungan publik secara signifikan.

Semoga analisis sosiologis yang saya kemukakan di atas tidak menimpa PKS, yang selalu saya bela dalam berbagai kesempatan.

Allahu a’lam bisshawab

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun