Mohon tunggu...
Musni Umar
Musni Umar Mohon Tunggu... -

Sociologist and Researcher, Ph.D in Sociology, National University of Malaysia (UKM)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tidak ada Wanita yang Mau Jadi Pelacur, Selamatkan Mereka!

2 Maret 2016   08:35 Diperbarui: 2 Maret 2016   08:57 327
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pagi ini, 03 Maret 2016, Bayu dari Okezone.com wawancara saya tentang rencana pemerintah kota Tangerang menggusur lokalisasi Dadap untuk mencegah eksodus eks PSK Kalijodo.

Sebagai sosiolog, saya mendukung penggusuran lokalisasi Dadap sebagaimana halnya saya mendukung penertiban lokalisasi Dolly di Surabaya dan lokalisasii Kalijodo di Jakarta.

Saya mengingatkan bahwa tidak ada wanita yang mau jadi pelacur. Keadaanlah yang memaksa mereka menjadi pelacur.

Menurut saya, pelacuran di Indonesia, dibagi dua, yaitu prostitution by need dan prostitution by lifestyle.

Pelacuran yang terjadi di Kalijodo, Dadap dan diberbagai tempat lain, dilakukan para wanita dari kelas menengah ke bawah. Mereka melakukan prostitusi karena untuk mendapatkan uang guna memenuhi kebutuhan hidup. Pada umumnya mereka dari latar belakang keluarga yang miskin, kurang pendidikan dan tidak memiliki kepakaran (keahlian). Mereka dijerat oleh germo, perantara dan teman sekampung untuk menjadi pelacur demi mendapatkan uang untuk hidup lebih layak.

Sementara prostitution by lifestyle, pada umumnya dilakukan oleh wanita dari kelas menengah ke atas seperti para artis. Tempatnya di hotel-hotel dan di berbagai tempat yang mewah dan eksklusif. Motif mereka melakukan prostitusi adalah untuk mendapatkan uang dalam jumlah yang besar guna memenuhi kebutuhan hidup yang mewah (hedonis).

Memanusiakan Pelacur

Penertiban yang dilakukan terhadap wanita pelacur di Kalijodo dan rencananya di Dadap, Tangerang, tidak boleh hanya menggusur tempat mereka praktik prostutusi, tetapi harus mencakup lima hal.

Pertama, merubah mindset (pola pikir) mereka. Pola pikir harus di brain washing (cuci otak) supaya tidak kembali menjadi pelacur setelah digusur dari tempat mereka praktik.

Kedua, memberi pelatihan ketrampilan (kepakaran) sesuai minat dan kemauan mereka. Berbagai macam jenis pekerjaan harus ditawarkan kepada mereka dengan gambaran prospek usaha yang akan digeluti.

Ketiga, memberi tempat berusaha. Tidak cukup hanya memberi tempat tinggal sebagaimana yang sudah dilakukan, tetapi yang lebih penting memberi kail kepada mereka untuk hidup yang benar dan mempunyai masa depan yang pasti.

Keempat, memberi modal kerja dan modal usaha. Selain itu, pemerintah memberi order kepada mereka misalnya kalau ada rapat dikantor, untuk konsumsi disorder dari mereka. Begitu juga penyediaan ATK dan pakaian seragam dan berbagai keperluan pemerintah.

Kelima, melakukan pengawasan. Mereka harus diawasi, dibina, diberdayakan dan selalu diberi pencerahan, poenyadaran, semangat dan optimisme.

Terakhir, masyarakat harus menerima mereka dengan lapang dada, diajak untuk bersama hidup bermasyarakat. Dalam hidup ini, paling baik selama hidup berada dijalan yang benar, tetapi lebih baik dan lebih mulia mantan pelacur daripada menjadi penjahat dan pelacur sepanjang masa.

Kalau hal-hal tersebut dilakukan, maka saya yakin dengan seyakin-yakinnya, mereka akan menjadi manusia baru yang mungkin lebih banyak amal kebaikannya dalam menjalani kehidupan di masa depan.

Selamatkan para pelacur, jangan hina dan sisihkan mereka. Terima mereka, ajak dan bina mereka untuk kembali menjadi manusia baru yang fitrah.

Allahu a’lam bisshawab

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun