[caption caption="Sumber Gambar: Akun LinkedINÂ Taufik Ahmad Taudjidi |Â https://id.linkedin.com/in/taufik-ahmad-taudjidi-9368962a "][/caption]Inna lillahi wa inna ilaihi rajiun (sesungguhnya kita adalah milik Allah dan akan kembali kepadaNya). Saya memulai kalimat tersebut untuk mengenang kepergian Taufik Ahmad Taudjudi, yang kemarin siang (28/1/2016) meninggal dunia di Rumah Sakit Fatmawati Jakarta dalam usia 63 tahun.
Taufik Ahmad adalah seorang aktivis 77/78. Seingat saya pada saat dilakukan penggrebekan dan penangkapan pimpinan dewan mahasiswa-senat mahasiswa tahun 1978 oleh aparat keamanan, dia ketua umum dewan mahasiswa STTN yang sekarang berubah nama menjadi Institut Sains dan Teknologi Nasional (ISTN).
Taufik Ahmad menyelesaikan pendidikan Strata satu (S1) di STTN dan melanjutkan pendidikan Strata dua (S2) di salah satu universitas di Bangkok, Thailand. Pernah menjadi Direktur Pasca Sarjana ISTN dan tenaga ahli anggota DPR dari partai Golkar.
Pada pertemuan akbar aktivis 77/78 di Bandung bulan November 2015 untuk memeringati 38 tahun penangkapan para pimpinan mahasiswa dan penyerbuan kampus oleh aparat keamanan, Taufik Ahmad Taudjudi hadir di Bandung bersama Buya Muhammd E. Irmansyah yang dikenal dikalangan teman-teman aktivis 77/78 bung Edwin.
Kemarin sore ketika saya ta’ziyah di kediamannya di Kompleks BBD Cinere, Depok, Jawa Barat, saya bertemu banyak teman-temannya dari ISTN dan dari berbagai kalangan yang dapat ta’ziyah dan mendoakan Taufik Ahmad Taudjudi. Tidak terkecuali, teman-teman dari aktivis 77/78 yang pernah dipenjara di kampus kuning seperti Jimmy Siahaan, Soekotjo Soeparto dan lain-lain.
Hal tersebut menunjukkan bahwa Taufik Ahmad Taudjudi adalah orang baik dan luas pergaulannya.
Kenangan paling Berkesan
Sudah puluhan tahun saya berteman dengan Taufik Ahmad. Satu kenangan yang paling mengesankan diakhir hidupnya, dia membantu pendirian program studi (prodi) eksakta Universitas Ibnu Chaldun Jakarta.
Dia bersama Martunus Haris datang ke kampus Universitas Ibnu Chaldun Jakarta, kami berbincang dan hasilnya Selasa, 26 Januari 2016, teman-temannya dari ISTN yaitu Ucok, Medinah dan Ninuk telah presentasi dihadapan tim reformasi yang saya pimpin dan menyiapkan proposal pendirian prodi baru eksakta.
Sebelum Taufik Ahmadi ke Padang, kami sudah bersepakat akan rapat, Jum’at tanggal 22 Januari 2016, tetapi malangnya beliau jatuh sakit dan harus dirawan di rumah sakit.
Hari Minggu, 24 Januari 2016, saya bezoek di RS Fatmawati, dari tempat pembaringannya dengan penuh semangat dia menelpon Medinah dan Ucok untuk memperkenalkan mereka kepada saya dan memberitahu supaya membantu Universitas Ibnu Chaldun Jakarta yang pada tanggal 11 Juni 2016 berusia 60 tahun sebagai kesempatan untuk beramal baik.
Hari Senin, 25 Januari 2016 masih menelpon saya dan memastikan bahwa teman-temannya dari ISTN akan hadir dan presentasi.
Pada tanggal 26 Januari 2016, pada saat aktivis kampus kuning 77/78 memeringati hari penangkapan seluruh pimpinan dewan mahasiswa-senat mahasiswa DKI Jakarta dan pimpinan ormas kemahasiswaan di rumah dinas Ketua BPK Dr Harry Azhar Azis, koordinator kampus kampus 77/78 Soekotjo Soeparto dalam pengantarnya telah memberitahu teman-teman semuanya tentang kondisi kesehatan Taufik Ahmad dan meminta semuanya supaya mendoakannya agar segera sembuh, tetapi Allah menghendaki yang lain.
Selamat jalan bung Taufik Ahmad Taudjudi, kami merasa kehilangan teman seperjuangan, amal kebaikanmu yang dirintis kami akan lanjutkan dan insya Allah husnul khatimah (akhir perjalanan hidup yang baik).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H