Mohon tunggu...
Musni Umar
Musni Umar Mohon Tunggu... -

Sociologist and Researcher, Ph.D in Sociology, National University of Malaysia (UKM)

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Melawan Lupa Kekejaman Rezim Orde Baru terhadap Aktivis 77/78

22 Januari 2016   14:10 Diperbarui: 22 Januari 2016   14:34 756
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kelima, mereka yang masuk ke dalam pusaran kekuasaan dari angkatan 77/78 hanya sibuk dengan dirinya sendiri. Mereka juga tidak membawakan suara angkatan 77/78, dan lebih parah lagi rakyat tidak mendapat apa-apa dari mereka yang berkuasa, sehingga angkatan 77/78 kehilangan dukungan dari sesama aktivis angkatan 77/78 dan rakyat Indonesia.

Kekejaman Rezim Orde Baru

Tiga puluh delapan tahun lalu, tepatnya tanggal 21 Januari 1978 adalah hari yang amat bersejarah dalam kehidupan dunia kemahasiswaan di Indonesia, karena rezim Orde Baru yang berkuasa saat itu mengambil tindakan yang saya sebut sebagai “kekejaman”.

Pertama, menangkap dan memenjarakan seluruh pimpinan dewan mahasiswa/senat mahasiswa seluruh Indonesia. Berbulan-bulan lamanya mereka ditahan, dan mayoritas diantara mereka tidak diadili.

Kedua, mem black list (daftar hitam) seluruh pimpinan dewan mahasiswa/senat mahasiswa, sehingga tidak bisa keluar negeri, menjadi pegawai negeri sipil (PNS), pegawai BUMN, tentara dan menjadi apapun yang terkait dengan institusi pemerintah.

Ketiga, membubarkan lembaga demokrasi di kampus yaitu dewan mahasiswa/senat mahasiswa yang dibentuk secara demokratis oleh mahasiswa di setiap kampus perguruan tinggi negeri dan swasta.

Keempat, membentuk Badan Koordinasi Kemahasiswaan (BKK) dan melakukan tindakan otoriter dengan menggunakan ABRI untuk mewujudkan Nornalisasi Kehidupan Kampus (NKK).

Kelima, mengerahkan kekuatan militer (ABRI) masuk kampus untuk membubarkan demo mahasiswa yang kritis dan beroposisi terhadap rezim Orde Baru yang dipimpin Presiden Soeharto.

Kekejeman itu tidak hanya melawan demokrasi yang dibangun di berbagai kampus perguruan tinggi negeri dan swasta, tetapi menghancurkan bibit-bibit calon pemimpin Indonesia di seluruh strata sosial yang lahir dan dilatih dari dunia perguruann tinggi.

Di DKI Jakarta, seluruh pimpinan dewan mahasiswa/senat mahasiswa perguruan tinggi negeri dan swasta serta pimoinan ormas kemahasiswaan, ditangkap dan dijebloskan dalam penjara, yaitu asrama ABRI di Tajimelela Bekasi, Jawa Barat, yang didinding seng lalu dicat kuning menjadi tempat tahanan para pimpinan dewan mahasiswa/senat mahasiswa serta pimpinan ormas kemahasiswaan serta beberapa tokoh yang dituduh mendalangi gerakan mahasiswa.

Tempat penahanan para pimpinan dewan mahasiswa/senat mahasiswa, pimpinan Ormas kemahasiswaan dan pemuda serta tokoh-tokoh terkemuka yang dituduh mendalangi gerakan mahasiswa dewan mahasiswa/senat mahasiswa tersebut kemudian disebut sebagai “kampus kuning”, yang sampai sekarang menjadi simbol perjuangan dan perlawanan aktivis 77/78 terhadap rezim Orde Baru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun