Mohon tunggu...
Musni Umar
Musni Umar Mohon Tunggu... -

Sociologist and Researcher, Ph.D in Sociology, National University of Malaysia (UKM)

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

RRI Sarana Mencerdaskan Bangsa Indonesia

8 Desember 2015   05:08 Diperbarui: 8 Desember 2015   06:26 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa waktu lalu, Radio Republik Indonesia mengadakan Roundtable discussion yang diikuti para pakar media dan para narasumber yang sering dimintai pandangan.  Saya termasuk yang diundang, dan menyampaikan pandangan.  Walaupun sudah agak lama, tetapi isinya masih aktual dan layak disajikan untuk dibaca khalayak ramai. 

Radio Republik Indonesia (RRI) yang lahir 11 September 1945 telah menorehkan darma bakti kepada bangsa dan Negara. Selama 70 tahun Indonesia merdeka, RRI telah memberi pencerahan, penyadaran, pencerdasan dan pendidikan terhadap seluruh bangsa Indonesia.

Lahirnya Orde Reformasi yang membawa kebebasan dan persaingan dalam seluruh lapangan kehidupan termasuk dalam penyiaran, suka tidak suka dan mau tidak mau, RRI harus berubah.

Perubahan (change) merupakan tuntutan zaman yang tidak bisa dielakkan. Sejauh ini yang saya amati, RRI telah berubah, tetapi masih menghadapi permasalahan, paling tidak dalam lima hal.

Pertama, penyajian berita dan aktualitas berita. Untuk meningkatkan kualitas berita, maka penyajian berita dan aktualitas berita, harus terus ditingkatkan oleh RRI supaya bisa kompetitif dengan lembaga penyiaran yang lain, sehingga semakin banyak pendengarnya di kota dan di desa. Begitu juga narasumber, mestilah yang memiliki kepakaran dalam bidang yang diperbincangkan dan mempunyai popularitas di publik. Masalah narasumber mengandung kelemahan, karena mereka yang memiliki kepakaran, tetapi nirpopularitas dipublik, sulit ditampilkan sebagai narasumber, karena RRI dan media penyiaran lain harus mengambil posisi seperti itu, dalam persaingan bebas di dunia penyiaran.

Kedua, budaya kerja. RRI sebagai lembaga penyiaran publik yang didanai dari APBN, harus merubah budaya kerja menjadi lebih dinamis, dedikatif, produktif dan independen, sehingga memiliki daya saing tinggi. Masyarakat menginginkan supaya RRI di masa depan, menjadi institusi penyiaran yang terdepan dan terkemuka.

Ketiga, alat mobilisasi. Di masa lalu dan sampai sekarang masih sulit dihapuskan RRI dijadikan sebagai sarana mobilisasi massa untuk meraih dukungan publik. Hal tersebut sampai saat ini masih terjadi di diberbagai daerah. Pada hal UU No. 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran yo PP No. 11 Tahun 2005 menegaskan bahwa RRI sebagai lembaga Penyiaran Publik (LPP) yang berbentuk badan hukum yang didirikan oleh negara adalah bersifat independen, netral, tidak komersial, dan berfungsi memberikan pelayanan untuk kepentingan publik. Akan tetapi, dalam pelaksanaan di lapangan, belum sepenuhnya bisa dilaksanakan di berbagai daerah.

Keempat, persepsi negatif. Warisan di masa lalu, yang menempatkan RRI sebagai alat terompet pemerintah dalam pembangunan, tidak mudah merubah persepsi tersebut di masyarakat terutama dikalangan kelas menengah (middle class). Oleh karena itu, penting terus dilakukan kampanye dan sosialisasi bahwa RRI telah berubah di era Orde Reformasi dengan penampilan dan konten berita yang menarik dan aktual.

Kelima, inovasi. RRI penting terus melakukan inovasi untuk mengenalkan hal-hal baru yang diperlukan oleh publik. Tidak saja program, dan konten berita, tetapi juga perluasan berita. Tren masyarakat perkotaan terutama generasi muda, yang banyak menggunakan alat komunikasi seperti telepon genggam, internet, media sosial dan sebagainya, mengharuskan RRI memberi respon terhadap keperluan masyarakat.

RRI News

RRI yang telah berusia 68 tahun, sangat kaya dengan pengalaman. Berbagai pengalaman yang dimiliki, hendaknya dijadikan pelajaran untuk terus berkembang dan maju. Oleh karena, masyarakat sangat pesat perkembangannya di era Orde Reformasi, maka RRI harus merespon perkembangan tersebut dengan melakukan paling tidak tiga hal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun