Kemarin, 27 Juli 2015, tahun ajaran baru Sekolah Dasar (SD), Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) dan Sekolah Lanutan Tingkat Atas (SLTA) di mulai.Â
Ketiga jenjang sekolah tersebut serentak dilaksanakan, baik sekolah umum yang dibawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan maupun sekolah agama yang dibawah Kementerian Agama.
Ada hal yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, tahun ajaran baru diperkenalkan program menumbuhkan budi pekerti yang saya sebut menumbuhkan akhlak mulia. Tidak hanya diperkenalkan, tetapi dipraktikkan, yang diharapkan menjadi kebudayaan dan pada akhirnya menjadi peradaban di sekolah dan di masyarakat.Â
Program ini tidak dijejali dengan petunjuk pelaksanaan (juklak) dan petunjuk teknis (juknis), tetapi diserahkan kepada setiap sekolah atau daerah untuk berinovasi sesuai dengan kondisi dan kultur di setiap daerah.Â
Anies Baswedan, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI dalam buka puasa Korps Alumni HMI empat hari sebelum Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1436 H di rumah dinasnya di Jalan Widya Chandra Jakarta Selatan mengemukakan bahwa program menumbuhkan budi pekerti di sekolah akan mulai diperkenalkan dan dilaksanakan pada tahun ajaran baru.Â
Sebagai contoh dikemukakan bahwa tiap hari senin dilakukan apel bendera, setiap mau mulai pelajaran seorang pelajar atau siswa digilir untuk memimpin doa di depan kelas. Begitu juga ketika mau mengakhiri sesi belajar juga ada yang memimpin doa.
Selain itu, untuk menumbuhkan minat membaca, membiasakan dan membudayakan membaca, setiap guru sebelum mulai memberi mata pelajaran, seluruh pelajar atau siswa di kelas, diminta membaca buku selama 15 menit. Tidak ada juknis untuk membaca buku tertentu, sepenuhnya diserahkan kepada kebijakan setiap guru di kelas.
Tentu masih banyak lagi yang tidak disebutkan yang akan dilakukan di sekolah untuk menumbuhkan budi pekerti atau akhlak mulia, yang tidak dikemukakan dalam tulisan ini.
Peradaban Dibangun dari Sekolah
Indonesia yang sedang bangkit dan bertumbuh, sesuai nilai-nilai dasar Pancasila yang dimulai dengan sila "Ketuhanan Yang Maha Esa", sangat penting dibangun dan ditumbuhkan kebudayaan yang mengacu pada nilai-nilai Pancasila yang bersumber dari agama dan budaya masyarakat Indonesia.
Tempat penumbuhan dan penyemaian kebudayaan dan peradaban yang paling tepat ialah di sekolah. Ada ungkapan para orang tua bahwa memberi pendidikan kepada anak di masa kecil seperti menggaris diatas batu. Maksudnya pendidikan yang diberikan kepada anak di masa kecil, sangat membekas dan tidak mudah dilupakan, tak obahnya menggaris di atas batu yang tidak mudah dihapus.
Tamsil yang dikemukakan diatas memberi pelajaran bahwa penumbuhan budi pekerti di masa kecil yang dimulai dari sekolah dasar sebagai sarana membekali anak tentang akhlak mulia sangat penting dan diperlukan karena akan membekas sepanjang hidup seseorang.
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI dalam wawancara dengan radio Elshinta (27/7/2015) yang disertai interaktif dengan pendengar mengemukakan bahwa penumbuhan budi pekerti sebagai upaya menumbuhkan afektif ke dalam hati setiap pelajar. Menurut dia, yang disentuh dan ditumbuhkan ialah kalbu setiap pelajar dalam upaya membentuk watak. Â
Selama ini yang banyak dikembangkan dalam pendidikan di Indonesia ialah kognitif yang berorientasi pada kemampuan berfikir yang mencakup kemampuan intelektual, yaitu ranah yang mencakup kegiatan mental (otak), yang memiliki 6 aspek yaitu:
Pertama, pengetahuan/hafalan/ingatan (knowledge). Kedua, pemahaman (comprehension). Ketiga, penerapana (application). Keempat, analisis (analysis). Kelima, sintesis ((syntesis), dan keenam, penilaian/penghargaan/evaluasi (evaluation).
Menteri Anies Baswedan selain mengembangkan pendidikan yang berorientasi kognitif, juga afektif yang akan nampak dalam berbagai prilaku anak didik, yang mencakup 5 aspek atau jenjang yaitu:
Pertama, menerima atau memperhatikan (recceiving atau atending). Kedua, menanggapi (responding) yang mengandung arti "partisipasi aktif". Ketiga, menilai atau menghargai (valuing). Keempat, mengatur atau mengorganisasikan (organization). kelima, karakterisasi dengan suatu nilai (characterization by value).
Publik Indonesia dalam dialog interaktif dengan kepala Balitbang Kemendikdub seperti dikemukakan diatas, memberi apresiasi yang tinggi atas program penumbuhan budi pekerti di sekolah.
Untuk menyukseskan program tersebut, maka partisipasi seluruh orang tua anak didik dan seluruh bangsa Indonesia sangat diperlukan dengan bersinergi mendidik anak di rumah, dalam upaya bersama menumbuhkan akhlak mulia bangsa Indonesia sebagai entry point untuk membangun peradaban Indonesia yang baik di masa depan.
Allahu a'lam bisshawab
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H