Mohon tunggu...
Musni Umar
Musni Umar Mohon Tunggu... -

Sociologist and Researcher, Ph.D in Sociology, National University of Malaysia (UKM)

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Menteri Susi Hebat, Nelayan Belum Berubah

24 Juli 2015   06:58 Diperbarui: 24 Juli 2015   07:14 4413
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nelayan/Kompas.com - Selamet Priyatin

Selama 5 (lima) hari saya mudik di Kendari, Sulawesi Tenggara, saya menyempatkan berdialog dengan masyarakat nelayan dalam acara Halal Bihalal.   Sebagai anak nelayan yang lahir dipesisir pantai, mudik di kampung halaman yang dulu rumah orang tua dibangun di atas laut, begitu juga rumah adik yang ditempati selama mudik juga di atas laut, terdorong untuk berinteraksi dan berdialog dengan masyarakat yang mayoritas nelayan tradisional.

Salah satu tokoh muda yang saya temui dan ajak berdialog ialah Habib Najar Buduha, yang memimpin sebuah yayasan - bergerak dalam budi daya kima di desa Toli-Toli Kecamatan LL Meeto, Kabupaten Konawe, serta di pulau Labengki, Kabupaten Konawe Utara, Sulawesi Tenggara.

Dia bercerita tentang budidaya kima yang dilakukannya, penghentian pemboman dan pembiusan ikan yang dilakukan orang Bajo (suku laut), pelestarian ekosistem laut, serta pemberdayaan masyarakat nelayan. 

Menurut Suddin Laronga, tokoh masyarakat, yang juga mantan anggota DPRD Kabupaten Konawe bahwa apa yang dilakukan Habib sangat positif karena telah merubah beberapa desa di kecamatan LL Meeto dan kecamatan Soropia. Pertama, tidak ada lagi masyarakat yang melakukan pemboman dan pembiusan ikan dalam menangkap ikan di laut.

Kedua, budidaya kima yang dilakukan Habib ternyata memberi dampak positif, seperti biota laut tumbuh disekitar tempat budidaya kima yang selama ini sudah habis karena dibom ketika mencari ikan.  Selain itu, ikan menjadi banyak, sebab kima menghasilkan makanan ikan yang sangat banyak, sehingga ikan berkumpul di sekitar tempat budidaya kima.

Ketiga, menangkap ikan tidak sesusah dahulu. Sekarang  ikan banyak disekitar tempat budidaya kima.

Keempat, masyarakat nelayan terutama para pemudanya yang dulu adalah peminum dan penjudi, sekarang ini sudah sangat berkurang, walaupun masih ada karena menurut masyarakat Bupatinya juga peminum dan penjudi, sehingga masyarakat cenderung mengikut pemimpin mereka.

Kelima, upaya yang dilakukan Habib sudah memberi hasil dalam merubah kehidupan nelayan tradisional yang miskin dan kurang pendidikan.  Yang amat disayangkan Suddin Laronga dan masyarakat nelayan yang diajak berdialog yaitu gebrakan Menteri Susi Pudjiastuti selama 9 (sembilan) bulan memimpin Kementerian Kelautan dan Perikanan RI sama sekali belum memberi dampak positif bagi peningkatan kehidupan nelayan tradisional, paling tidak nelayan di pesisir pantai Sulawesi Tenggara.

Nelayan Belum Berubah

Habib telah membuat terobosan yang hebat di desa, yang ditunggu adalah terobosan menteri Susi Pudjiastuti yang bisa merubah kehidupan nelayan yang dari waktu ke waktu menyedihkan dan memprihatinkan. 

Saya termasuk yang bangga dan salut berbagai kebijakan menteri Susi seperti menenggelamkan kapal-kapal pencuri ikan di perairan Indonesia dan mencabut izin operasional perubahan yang bandel dan tidak bayar pajak. 

Hal tersebut sesuai pembukaan UUD 1945 "yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia ....."

Akan tetapi, yang belum berhasil dilakukan menteri Susi ialah kelanjutan dari amanat pembukaan UUD 1945 yang disebutkan diatas ialah "memajukan kesejahteraan umum ....."

Berbagai gebrakan yang dilakukan menteri Susi sejatinya untuk memajukan kesejahteraan umum khususnya para nelayan yang terkenal miskin dan sangat miskin serta kurang pendidikan.  Dalam kenyataan, belum menunjukkan hasil yang diharapkan, baru sekedar heboh dengan pemberitaan media yang luar biasa. Hasilnya masih belum dirasakan nelayan tradisional.

Pertanyaannya, apa yang harus dilakukan menteri Susi untuk merubah hidup dan kehidupan para nelayan tradisonal yang menyedihkan itu? 

Habib dan para nelayan yang diajak dialog mengemukakan hal-hal yang harus dilakukan menteri Susi dan jajarannya serta Pemprov Sultra dan Bupati.  Pertama, memasang rumpon, supaya nelayan tidak lagi cari ikan tetapi menangkap ikan.

Kedua, penyediaan perahu dan peralatannya sebagai sarana menangkap ikan oleh para nelayan.  Nelayan di kawasan Timur Indonesia, cukup disediakan perahu kecil, tidak bisa perahu atau kapal besar sebab mereka tidak bisa berkelompok dalam menangkap ikan seperti nelayan di Jawa.

Ketiga, konservasi laut. Ada kawasan yang dibebaskan dari zona penangkapan ikan untuk dijadikan wisata laut dan wisata trumbu karang.   Hanya boleh memancing dengan perahu tradisional.

Keempat, harus ada pembinaan dan pemberdayaan yang berkelanjutan.   Selama ini nelayan hanya dijadikan alat untuk menghadirkan berbagai proyek, tetapi sesudah proyek selesai tidak ada pembinaan dan pemberdayaan yang berkelanjutan.

Kelima, dana desa yang dikucurkan harus didayakan secara maksimal untuk mendorong dan mempercepat peningkatan taraf hidup para nelayan tradisional.  Hanya mereka amat sayang, dana desa yang digembar-gemborkan 1 milyar, ternyata hanya antara 150 juta sampai 300 juta di setiap desa di kawasan Timur Indonesia.

Allahu a'lam bisshawab 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun