Mohon tunggu...
Musni Umar
Musni Umar Mohon Tunggu... -

Sociologist and Researcher, Ph.D in Sociology, National University of Malaysia (UKM)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Musni Umar: Membangun Indonesia dari Keluarga

24 April 2015   09:55 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:44 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemarin (23/4/32015) TRANS 7, Detik.com, Republika Online, Merdeka.com dan tadi malam Detik.com mewawancarai saya tentang pesta bikini yang dilakukan siswi SMA di hotel mewah di DKI Jakarta dengan tiket dari Rp 150.000 s/d 5.000.000.

Hasil wawancara saya terbit dengan tajuk 1) “Heboh Pesta Bikini Anak SMA, Sosiolog: Ini Imitasi Budaya Global” (detikNews, 24/4/2015). 2) Sosiolog Prihatin Ada Pesta Bkiini Anak SMA untuk Lepas Penat UN (DetikNews, 23/4/2015). 3) Anak SMA Pesta Bikini, Sosiolog: Simbol Rusaknya Moral (Republika Online, 23/4/2015), 4) Pelajar SMA Labil Mudah Tergiur Ajakan Pesta Bikini (Merdeka.com, 23/4/2915).

Sebelum ini, publik dihebohkan pula peristiwa pembunuhan Deudeuh Alfi Syahrin di Tebet Jakarta Selatan oleh Rio Santoso. Rio membunuh Deudeuh karena tersinggung dikatakan badannya bau ketika berhubungan seks.

Peristiwa tersebut sangat ramai diberitakan media dan penulis banyak dimintai pendangan karena membuka tabir prostitusi melalui media sosial. Deudeuh menggunakan media sosial untuk mendapatkan langganan dengan bayaran dari Rp 350.000 s/d 1.500.000 sekali melakukan hubungan seks.

Sebagai sosiolog yang banyak dimintai pandangan oleh media tentang dua peristiwa tersebut dan peristiwa-peristiwa sosial lainnya, terus berpikir bagaimana memecahkan berbagai persoalan sosial yang terjadi di masyarakat, terutama memulai dari mana untuk memperbaiki masyarakat?

Mulai dari Keluarga

Para pakar sosial telah mengemukakan berbagai pandangan tentang masalah tersebut. Pertanyaannya, pertama, memulai dari mana untuk memperbaiki masyarakat yang sebagian sudah rusak moralnya. Kedua, kapan harus diperbaiki. Ketiga, apa yang harus diperbaiki?

Alqur'an sebagaimana tercantum dalam surat Attahrim ayat 6 Allah memandu, membimbing dan mengajarkan kepada orang-orang yang beriman dan seluruh umat manusia sesuai firmanNya: “Hai orang-orang yang beriman jagalah diri kamu dan keluargamu dari api neraka”.

Pemecahan masalah sosial yang digambarkan diatas, suka tidak suka dan mau tidak mau harus memulai dari diri sendiri dan keluarga, yang dicontohkan kepala keluarga dan isteri sebagai ibu dari anak-anak.

Keluarga sebagai miniatur masyarakat, bangsa dan negara, memegang peranan sentral dalam kehidupan masyarakat, bangsa dan negara. Kalau setiap keluarga beriman, bertakwa, berakhlak, berkualitas, dan sejahtera, maka otomatis masyarakat, bangsa dan negara akan baik.

Sebaliknya kalau keluarga tidak beriman, tidak bertakwa, tidak berakhlak mulia, tidak berkualitas dan tidak sejahtera, maka akan melahirkan masyarakat, bangsa dan negara seperti yang terjadi di dalam keluarga.

Oleh karena itu, jika ingin memperbaiki masyarakat, maka harus diberi perhatian yang besar terhadap pembangunan keluarga.

Pertanyaan selanjutnya, kapan harus dilakukan? Menurut saya, pembanguan masyarakat harus dimulai sejak dini. Sebelum dan sesudah berkeluarga telah direncanakan dan diimplementasikan ke dalam kehidupan keluarga sehari-hari dengan baik.

Ketika sudah mempunyai anak, tidak usah berorientasi kuantitas, tetapi kualitas yaitu beranak cukup dua, namun beriman, bertakwa, berakhlak mulia, berpendidikan tinggi, pandai bersyukur yang diwujudkan dengan pengabdian kepada kedua orang tua, masyarakat, bangsa dan negara dalam rangka ibadah kepada Allah sebagai sang pencipta.

Pertanyaan terakhir, bagaimana membangun masyarakat yang sudah rusak. Menurut saya harus dilakukam lima hal. Pertama, mengembalikan fungsi dan peran keluarga sebagai institusi terkecil dalam masyarakat supaya mendidik dengan memberi bekal iman, takwa, memberi kasih sayang, penyadaran, pencerahan dan pencerdaskan seluruh anggota keluarga.

Kedua, mengembalikan fungsi dan peran sekolah, para guru tidak hanya memberi ilmu pengetahuan, tetapi juga akhlak mulia, iman, takwa kepada seluruh anak didik dan contoh teladan yang baik.

Ketiga, masyarakat harus berperan menciptakan lingkungan sosial yang baik dan peduli dan penuh perhatian kepada mereka yang masih muda sebagai generasi pelanjut.

Keempat, pemerintah dan seluruh aparaturnya di semua tingkatan, harus menjadi pemandu, pencerah, penyadar, pencerdas dan pemberdaya seluruh generasi muda.

Kelima, media harus ikut menciptakan suasana yang mendorong terwujudnya generasi muda yang baik dan berkualitas dalam arti yang seluas-luasnya.

Dengan melakukan lima hal tersebut, maka melalui keluarga, kita bisa membangun dan memperbaiki Indonesia hari dan di masa depan.

Allahu a’lam bisshawab

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun