Ketiga, para elit dan anggota parlemen parpol Islam seperti halnya partai-partai nasionalis-sekuler, terlibat korupsi, sehingga nila setitik rusak susu sebelanga.
Keempat, parpol Islam hilang kepekaan sosial dan tidak ada keberanian memperjuangkan amanat penderitaan rakyat Indonesia.Mereka hanya berani demo masalah penderitaan rakyat Palestina, dan buta terhadap penderitaan rakyat Indonesia, akibat menjadi bagian dari kekuasaan.
Kelima, tidak ada fokus perjuangan.Mereka tidak tahu apa masalah utama yang dihadapi bangsa Indonesia yaitu ketidakadilan ekonomi.Kalau diperjuangkan dan berhasil akan memberi keuntungan bagi parpol Islam di masa depan.
Dampak ke Partai Politik Islam
Kondisi umat Islam yang sangat lemah di bidang ekonomi, ternyata berdampak luas ke seluruh aspek kehidupan umat Islam dalam berbangsa dan bernegara.
Mereka yang terjun ke dunia politik, untuk bisa survive (sukses) terpaksa harus korupsi, karena untuk meraih kekuasaan politik memerlukan dana yang sangat besar. Sebagai contoh, calon anggota legislatif dari Partai Gerindra, Aryo Djojohadikusumo, menegaskan bahwa
"Di dunia ini tidak ada demokrasi yang murah. Saya akan terbuka kepada kalian semua, biaya kampanye yang saya keluarkan minimal Rp 6 miliar", (Kompas.com, Minggu (26/1/2014).
Pertanyaannya, apakah ada calon anggota legislatif (caleg) dari partai politik Islam yang bisa menyiapkan dana sebesar itu?Kalaupun ada, mereka tidak akan mau mengeluarkan uang sebesar itu, karena kalau terpilih menjadi anggota parlemen, dalam lima tahun kalau tidak korupsi hanya bisa menerima gaji dan honor sekitar Rp 4,5 milyar.
Itu baru calon anggota parlemen, bagaimana calon Presiden, calon Wakil Presiden dan partai politik sebagai peserta pemilu yang ketua umumnya harus berkampanye di TV, Radio dan memasang baliho yang besar dibanyak tempat di seluruh Indonesia.
Dari mana partai politik Islam memperoleh dana yang sangat besar untuk melakukan kampanye seperti yang dilakukan partai-partai politik nasionalis-sekuler, supaya berimbang kampanyenya di TV.
Pada hal sulit mengharapkan donasi dari rakyat, karena kondisi ekonomi mayoritas rakyat Indonesia masih lemah, dan citra mereka sebagai parol Islam kurang baik di mata publik.
Apa yang Bisa Dilakukan