Pada hari Minggu, 6 April 2014, saya memanfaatkan hari libur untuk melakukan blusukan di Kelurahan Tambora, Jakarta Barat untuk melihat dan meliput kehidupan warga DKI Jakarta yang kurang beruntung.
Saya melakukan blusukan dengan mengunjungiwargawarga masyarakat RT 04RW 04 di Kelurahan Tambora, yang tempat tinggal mereka padat dan kumuh sudah dibangun rumah deret vertikal.
Sebagai warga yang kurang mampu, sudah lama bermimpiingin punya rumah layak huni, akhirnya menjadi kenyataan setelah dibangun rumah deret vertikal yang bisa mereka miliki dan tempati.Tidak hanya layakhuni, tetapi bisa menampung seluruh keluarga untuk tinggal bersama dalam satu rumah.
Sebagaimana telah sering diberitakan bahwa diberbagai kawasan padat dan kumuh di DKI Jakarta, yang tersebar diberbagai wilayah di DKI Jakarta, masih banyak warga yang tidur dilantai seperti ikan baronang yang dipajang dipasar ikan ketika mau dijual.Bahkan banyak yang harus tidur bergantian (shift-shiftan) setiap malam karena tidak memiliki rumah yang cukup untuk tempat tidur seluruh anggota keluarga saking sempitnya rumah mereka.
Hal itu terjadi karena setiap rumah dihuni beberapa kepala keluarga. Anak mereka yang sudah berkeluarga terpaksa masih tinggal bersama dengan orang tua, sehingga beranak pinak dalam satu rumah yang sempit, pengap dan kumuh.Inilah kehidupan nyata yang dialami orang-orang miskin yang sama sekali tidak memperoleh manfaat nyata dari pembangunan yang dilaksanakan sejak Orde Baru sampai di era Orde Reformasi, yang sering dibangga-banggakan oleh para pemimpin dan pendukungnya.
Bahkan orang-orang miskin di masa Orde Baru selalu menjadi korban pembangunan.Tanah dan rumah yang ditempati, demi alasan pembangunan dibebaskan oleh pemerintah yang didukung oleh petinggi dari oknum milliter dengan ganti rugi yang murah.Dalam banyak kasus, untuk menyabot dan memiliki tempat tinggal masyarakat yang tidak mempunyai sertifikat tanah, para penguasa wilayah bekerja sama pengusaha yang didukung birokrasi dan aparat Badan Pertanahan Nasional (BPN) mengeluarkan sertifikat kepemilikan atas nama suatu perusahaan.
Di masa Orde Reformasi, penggusuran terus dilakukan untuk membangun Mall (Pusat Perbelanjaan Moderen) dan tempat tinggal (Aoartmene) bagi orang-orang kaya dan warga asing di berbagai kawasan di DKI Jakarta.Para pengusaha mudah mendapatkan izin mendirikan Mall dan Apartemen mewah dari penguasa DKI Jakarta dan untuk mendapatkan lahan dari warga, para preman yang dibayar oleh para pengusaha berperan besar dalam melakukan intimidasi dengan menghalalkan segala cara termasuk mengiming-imingi uang ganti rugi yang mahal kepada warga DKI Jakarta khususnya etnis Betawi, sehingga banyak sekali tanah-tanah warga yang diambil alih para pengusaha di era Orde Reformasi.
Jokowi-Ahok Merubah Arah Pembangunan DKI
Gubernur Jokowi dan Wakil Gubernur Ahok merubah arah pembangunan di DKI Jakarta yang selama ini pro kepada pemodal dan orang-orang kaya kepada pro kepada rakyat jelata (wong cilik) yang selama ini menjadi korban pembangunan.
Pertama, menyetop pemberian izin pembangunan Malldi seluruh wilayah DKI Jakarta.Dengan demikian selama Jokowi menjadi Gubernur DKI Jakarta tidak ada pembangunan Mall (Pusat Perbelanjaan) baru di DKI Jakarta.Kalau ada pembangunan Mall baru, pasti berdasarkan izin lama yang dikeluarkan pada masa Gubernur Fauzi Bowo.
Kedua, membangun Taman Kota seperti Taman Kota Waduk Pluit Jakarta Utara dalam rangka menata kota DKI Jakarta yang hijau dan bersih dengan memindahkan warga yang berada dibantaran kali atau di dekat waduk ke berbagai Rumah Susun (RUSUN) yang sudah lama dibangun Kementerian Perumahan RI atau Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang tidak ditempati.
Ketiga,menata PKL (Pedagang Kaki Lima) yang berdagang dipoinggir jalan, dibahu jalan, dan trotoar ke tempat yang layak dengan fasilitas yang memadai seperti di Blok G, Pusat Perdagangan Tanah Abang.Pekerjaan ini masih memerlukan waktu karena diperlukan perubahan budaya dari PKL yang sudah terbiasa berdagang dipinggir jalan, bahu jalan dan trotoar ke pusat perdagangan.
Keempat, menata rumah warga yang kurang mampu dengan membangun Rumah Deret Vertikal di berbagai perkampungan padat dan kumuh di DKI Jakarta seperti di kelurahan Tambora.
Dengan demikian, orientasi pembangunan di DKI Jakarta sangat jelas dan memihak kepada masyarakat yang kurang mampu yang selama ini tidak mendapat manfaat banyak dari pembangunan di DKI Jakarta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H