Pada Senin, 16 Juni 2014, bertempat di Megawati Institute, Jakarta, diluncurkan buku “Jokowi Satrio Piningit Indonesia” setebal 313 (xxiii + 290 hlm).
Prof Dr Musdah Mulia, dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Prof Dr Rokhmin Dahuri, Guru Besar IPB, menjadi narasumber dalam peluncuran buku. Juga turut berbicara Syukri Ilyas, mantan anggota KPKPN, Harun Kamil, Ketua Forum Konstitusi Indonesia, dan Achmad Djalil, Anggota Pengawas Partai Demokrat.
Nama buku ini diilhami dari percakapan saya dengan Sabikis, seorang marhaen (wong cilik) di jalan raya Fatmawati, dekat pasar tradisional Cipete, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Sabikis, menurut pengakuannya, lahir dan besar di Yogyakarta. Menurut dia, Jokowi memiliki ciri-ciri yang mirip dengan satrio piningit seperti yang diceritakan oleh eyang kakung (kakek) dan eyang putri (nenek) di masa ia kecil.
Buku ini terdiri dari 4 bab. Dimulai Bab 1 dengan membahas permasalahan bangsa Indonesia antara lain kesenjangan ekonomi yang melahirkan ketidak-setaraan ekonomi dan ketidakadilan ekonomi. Selain itu, membahas utang pemerintahan SBY yang luar besar, tetapi wong cilik makin susah hidupnya.
Juga buku memuat tulisan korupsi yang semakin merajalela. Masalah korupsi ini merupakan persoalan yang amat luar biasa. Sebagai gambaran, jumlah APBN Indonesia sekitar Rp1800 triliun. Menurut Sumitro Djojohadikusomo, uang negara yang dikorupsi sekitar 30 persen, yang berarti sebanyak Rp 540 triliun. Belum termasuk hasil kekayaan alam Indonesia yang dikorupsi dan dibawa keluar negeri, yang menurut berbagai sumber mencapai Rp 1.000 triliun pertahun.
Jika korupsi bisa dikurangi apalagi dihilangkan, maka kemiskinan yang masih dialami mayoritas bangsa Indonesia yang disebutkan dalam buku ini bisa dikurangi secara signifikan. Begitu juga politik uang dalam pemilu bisa dihilangkan. Apatah lagi kalau diamalkan Tri Sakti Bung Karno yaitu berdaulat dalam politik, berdikari dalam ekonomi dan berkepribadian dalam budaya, serta dilakukan revolusi mental yang dimulai dengan pembangunan karakter bangsa (Nation and character building), maka Indonesia akan menjadi negara hebat.
Bab 2, membahas Indonesia hebat dari aspek ideologi dan budaya, populasi dan sumber daya manusia (SDM) serta sumber daya alam (SDM). Ketiga aspek tersebut merupakan modal dasar dan modal utama bangsa Indonesia. Jika dapat dikembangkan dan dayagunakan secara maksimal, maka Indonesia akan menjadi bangsa dan negara yang hebat dan akan menjadi negara super power di masa depan.
Juga buku ini membahas partisipasi rakyat dalam pemilu legislatif, sehingga PDI Perjuangan menjadi pemenang pileg. Selain itu, terdapat tulisan yang memberi apresiasi yang tinggi kepada Ibu Megawati yang telah mencapreskan Jokowi. Selain itu, buku ini mencoba meluruskan berbagai kampanye hitam yang ditujukan kepada Jokowi dan kepada Ibu Mega terutama penjualan BUMN kepada asing.
Bab 3 membahas demokrasi dan perubahan. Bab ini membahas pengamalan demokrasi yang sangat mahal dan pengamalan demokrasi dikalangan orang-orang miskin yang mengakibatkan demokrasi warung atau demokrasi sembako.
Disamping itu, buku ini mengemukakan pentingnya merubah Indonesia melalui pemilu, dibawah judul seperti nelayan dan tani merubah Indonesia dalam pemilu, dan rakyat memilih untuk perubahan, penulis mengemukakan pentingnya rakyat menggunakan hak pilih untuk merubah Indonesia.
Bab 4 membahas Jokowi Satrio Piningit. Bagian terakhir dari buku ini antara lain membahas Jokowi dan success story dalam memimpin, jika dapat jaga momentum, Jokowi bisa jadi Presiden.
Selain itu, buku ini juga membahas 5 tanda-tanda Jokowi satrio piningit, Jokowi dan asal usul satrio piningit. Jokowi satrio piningit pilpres 2014 dan pemimpin yang ditunggu rakyat Indonesia.
Prof Dr Musdah Mulia, ketika membahas buku ini mengemukakan bahwa hampir semua agama ada kepercayaan masyarakat seperti di Jawa ratu adil, dan dalam masyarakat Islam, imam mahdi, dan bahkan mempercayai akan datangnya imam al-muntazar (pemimpin yang ditunggu).
Prof. Rokhmin Dahuri, pakar maritim dan nelayan, dalam membahas buku ini memberi apresiasi yang tinggi terbitnya buku ini.
Buku ini ditutup dengan sebuah lampiran hasil wawancara Trubunnews dengan Prof Dr Suhardiman, pendiri Golkar satu-satunya yang masih hidup dan ketua umum SOKSI pertama, yang menyebutkan sesuai ramalan Joyobowo bahwa Satrio Piningit adalah seseorang yang memulai dari bawah.
Gambaran Satrio Piningit menurut Suhardiman adalah orang yang dari bawah, bukan tiba-tiba (muncul). Menurut Suhardiman, yang dikenal sebagai dukun politik, yang memulai dari bawah ialah Jokowi.
Wallahu a'lam bisshawab
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H