Dalam debat calon Presiden Joko Widodo dengan calon Presiden Prabowo Subianto 15 Juni 2014, di hotel Gran Mulia, Jakarta Selatan, Joko Widodo yang populer dengan panggilan Jokowi, tampil diluar dugaan dari berbagai kalangan kelas menengah perkotaan yang merendahkan kemampuannya.
Syukri Ilyas, mantan anggota KPKPN, menilai Jokowi pada sesi pertama penyampaian visi dan misi, tampil kurang menukik pada persoalan utama yang dihadapi bangsa Indonesia, yaitu koruptor yang menjadi musuh terbesar bangsa dan negara ini.
Prabowo pada sesi 1 penyampaian visi misi mengungkapkan bahwa persoalan utama yang dihadapi bangsa ialah korupsi. Jika korupsi bisa dihentikan, maka negara bisa menghemat Rp 1.000 triliun setiap tahun.
Pertanyaannya, sumber penghematan sebesar Rp 1.000 trilun dari mana dan bagaimana caranya, apakah melakukan nasionalisasi semua perusahaan asing yang melakukan eksplorasi kekayaan alam Indonesia, atau bagaimana? Seharusnya masalah ini dipertanyakan Jokowi ke Prabowo supaya lebih jelas bagi masyarakat.
Walaupun tanpa penjelasan lebih lanjut, harus diakui bahwa sesi 1 ini dimenangkan Prabowo.
Jokowi Lebih Aplikatif dan Solutif
Pada sesi pendalaman materi yang ditanyakan moderator, Jokowi tampil lebih aplikatif dan solutif untuk memecahkan persoalan bangsa.
Jokowi mampu menunjukkan jalan yang benar dan lurus untuk membawa Indonesia tampil menjadi hebat. Untuk menjadi hebat dan maju dalam bidang ekonomi dan bidang-bidang lain, tidak lain tidak bukan harus melalui pendidikan. Dengan pendidikan, bangsa Indonesia bisa menguasai ilmu pengetahuan, dan dapat bersaing dengan bangsa-bangsa lain di dunia dalam seluruh lapangan kehidupan, serta sanggup mengelola sendiri seluruh kekayaan alamnya.
Jokowi memprogramkan akan membangun sistem dengan menerapkan Kartu Indonesia Pintar (KIP) seperti yang sudah diterapkan di DKI Jakarta. Ketika ditanya tentang besarnya anggaran pendidikan yang akan dikeluarkan, Jokowi dengan tegas mengemukakan bahwa berapapun besarnya dana yang diperlukan, akan dikeluarkan anggarannya. Jokowi memberi contoh sumber pendanaan pendidikan antara lain dari penghematan di PLN dengan mengganti penggunaan BBM kepada batubara dan gas, yang akan menghemat dana amat besar.
Mengenai bidang kesejahteraan sosial (kessos), Jokowi memberi komitmen untuk membangun sistem pelayanan kesehatan terpadu kepada seluruh rakyat Indonesia dengan menerapkan Kartu Indonesia Sehat (KIS) seperti yang dipraktikkan di DKI Jakarta.
KIP sangat menarik perhatian masyarakat bawah, karena bisa mengatasi persoalan rutin yang selalu dihadapi mayoritas rakyat Indonesia kalau anak atau cucuk mereka mau sekolah atau melanjutkan sekolah Begitu pula KIS kalau sakit, yang selalu menjadi persoalan masyarakat bawah.