Tulisan ini sama sekali tidak ada niat mau menuduh apalagi mencemarkan nama baik Prabowo-Hatta. Saya sudah bertekad, semua tulisan saya tidak akan menjelekkan, menista, menuduh apalagi menyebarkan fitnah.
Akan tetapi, sebagai sosiolog, saya harus mengemukakan fakta yang saya temukan dilapangan, mudah-mudahan tulisan ini dibaca, sehingga politik uang tidak jadi dilakukan.
Setidaknya terdapat 5 (lima) alasan saya mengemukakan temuan dalam survei tersebut. Pertama, untuk mencegah supaya jangan dilakukan politik uang tim Prabowo-Hatta dan tim Jokowi-JK.
Kedua, untuk mengingatkan bahwa rakyat sudah cerdas sehingga politik uang tidak akan efektif dan merubah pilihan rakyat terhadap Prabowo-Hatta ataupun Jokowi-JK.
Ketiga, tidak boleh menghalalkan segala cara untuk meraih kekuasaan dengan melakukan politik uang, karena melawan hukum negara dan hukum agama.
Keempat, merusak demokrasi. Prabowo-Hatta dan Jokowi-JK harus menyelamatkan demokrasi dengan cara melaksanakan asas demokrasi dalam pemilihan Presiden (pilpres) yaitu langsung umum bebas dan rahasia (luber0 serta jujur dan adil (jurdil). Politik uang cerminan pilpres yang tidak luber dan jurdil.
Kelima, harus menjadi contoh dan teladan. Siapapun yang terpilih dalam pilpres 9 Juli 2014, apakah Prabowo-Hatta atau Jokowi-JK, akan menjadi simbol negara yang dicontohi dan diteladani oleh rakyat. Maka, jangan melakukan politik uang demi menang dalam pilpres karena kemenangan bisa menimbulkan bencana karena akan dipersoalkan dan digugat melalui pengadilan rakyat.
Wallau a'lam bisshawab