Mohon tunggu...
Musni Umar
Musni Umar Mohon Tunggu... -

Sociologist and Researcher, Ph.D in Sociology, National University of Malaysia (UKM)

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Debat Terakhir Capres-Cawapres dan Doa Sapu Jagat Jokowi

6 Juli 2014   19:45 Diperbarui: 18 Juni 2015   07:15 680
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada hari ini 6 Juli 2014, kita sudah memasuki minggu tenang dan dilarang kampanye karena dapat dikenai pidana.


Tulisan ini, sama sekali tidak dimaksudkan untuk kampanye mendukung Jokowi-JK atau Prabowo-Hatta, karena saya bukan tim sukses siapapun, tetapi hasil debat capres-cawapres tadi malam (5/6/2014) yang mengambil topik "Pangan, Energi dan Lingkungan", merupakan puncak dari lima debat sebelumnya yang dilaksanakan Komisi Pemilihan Umum (KPU), sehingga mubazir kalau tidak diulas.


Debat capres-cawapres ternyata sangat diminati seluruh warga negara Indonesia dari semua lapisan masyarakat. Saya mendapat informasi bahwa teman-teman di Papua, Maluku, Sulawesi, Kalimantan, Sumatera, Aceh dan di DKI Jakarta, sangat suka dan antusias mengikuti debat.


Segmen Pertama


Sebagaimana biasa, segmen pertama diisi penyampaian visi misi dan program. Kali ini yang pertama diminta menyampaikan visi misi dan program adalah cawapres Hatta Rajasa. Hatta menyampaikan visi misi dan program Prabowo-Hatta tentang "Pangan, Energi dan Lingkungan" dengan baik. Ini sangat ditunjang oleh kemampuan Hatta dalam orasi sehingga kedengaran sangat sempurna. Visi misi dan program disampaikan dengan narasi besar, makro dan abstrak.


Giliran JK menyampaikan visi misi dan program Jokowi-JK. Semula saya agak khawatir JK seperti penampilan pada waktu debat cawapres beberapa waktu lalu. Ternyata JK tampil sangat hebat tadi malam. Dia menyampaikan visi misi dan program sangat runut, mengalir bagaikan air mengalir dari hulu ke hilir, sistimatis, fokus, solutif dan aplikatif. Narasi yang disampaikan mudah dipahami, sederhana dan tidak abstrak. Isteri saya terheran-heran, bagaimana JK bisa menghafal kata demi kata dan kalimat demi kalimat yang disampaikan, sehingga sangat baik dan tidak ada yang salah. Saya jawab, JK tidak menghafal, hanya yang diucapkan sudah dipahami, dijalani, dihayati dan diamalkan.


Dalam penyampaian visi misi dan program, Hatta masih dianggap kurang membumi, mungkin karena berpandangan bahwa visi adalah mimpi besar yang akan dilaksanakan, sehingga cukup dikemukakan secara makro, dengan narasi besar dan abstrak.


Sementara JK berpandangan bahwa visi harus bisa diaplikasikan, narasinya sederhana supaya bisa dipahami masyarakat luas, dan solutif untuk menyelesaikan persoalan bangsa.


Segmen Kedua


Dalam pendalaman visi misi dan program, moderator menanyakan bagaimana mewujudkan penyediaan pangan dan energi yang amat diperlukan bangsa Indonesia ditengah liberalisasi pasar dan subsidi BBM yang sangat besar.


Pada segemen ini, Jokowi-JK diminta menjawab pertama. Jokowi tampil narasi sederhana dengan mengemukakan, pertama, untuk mendorong produksi petani lihat dulu pasarnya, jangan disuruh menanam tidak disediakan pasarnya seperti selama ini. Kemudian dibangun industri hilir untuk menampung dan memproses hasil produksi petani. Dengan demikian menurut Jokowi, klop antara barang yang diproduksi petani, pasarnya dan ada industri hilir yang mengolah hasil produksi petani, sehingga memiliki nilai tambah dan petani bisa menjadi maju dan makmur.


Kedua, mengenai energi, Jokowi mengemukakan pentingnya dilakukan tiga hal yaitu alih penggunaan BBM ke gas dan batubara, membangun infrastruktur gas, dan penggunaan gas untuk transportasi publik.


Giliran pasangan Prabowo-Hatta diminta pandangan untuk merespon masalah yang ditanyakan ke Jokow-JK. Hatta tampil menjawab dengan konsep penataan ulang penggunaan BBM, renegosiasi kontrak pertambangan, peningkatan cadangan (eksplorasi), mengembangkan sumur-sumur tua minyak, dan melakukan diversifikasi energi. Hatta membanggakan hasil renegosiasi gas Tangguh yang sukses dan memberi keuntungan besar bagi Indonesia.


Pada sesi berikutnya dalam tanya jawab, JK mengemukakan bahwa kita apresiasi pemerintah berhasil melakukan renegosiasi, tetapi tidak terlalu istimewa, karena pada masa JK menjadi Wapres, sudah berbicara dengan Presiden RRC, dan setuju dilakukan renegosiasi Gas Tangguh sesuai perjanjian kontrak bahwa setiap 4 (empat) dilakukan evalusi. JK bertanya, mengapa sangat lama baru bisa dilakukan renegosiasi dengan RRC?


Dalam debat segmen kedua, Jokowi-JK kembali menampilkan cara menyelesaikan masalah pangan dengan pendekatan holistik (menyeluruh) dan komprehensif antara produksi, pasar, dan industri hilir untuk menampung hasil produksi petani. Untuk memacu produksi harus ada pengairan, jangan sampai sudah ada lahan tidak bisa dibangun pengairan karena tidak ada air.


Sementara Prabowo-Hatta, untuk mengatasi pangan, memandang penting memperluas lahan pertanian, menyediakan pupuk, pemberian insentif dan sebagainya. Pendekatan semacam ini sudah lama dijalankan, tetapi tidak merubah nasib hidup petani karena setelah dipacu berproduksi, tidak disediakan pasarnya, akhirnya yang puntung petani. Karena tidak memberi keuntungan, petani menyerbu ke kota mencari pekerjaan lain, menjadi pemulung, pengemis dan PKL.


Segmen Ketiga


Padal segmen ketiga ini, yang ditanyakan moderator ialah pertumbuhan, keadilan dan pelestarian lingkungan. Prabowo diminta menjawab masalah tersebut dengan menjelaskan bahwa bahaya yang dihadapi adalah ledakan penduduk 5 (lima) juta per tahun. Pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali menimbulkan banyak masalah seperti percepatan proses kerusakan lingkungan. Strategi untuk mengatasinya melalui jalur pendidikan.


Jokowi kemudian diminta menjelaskan pandangannya tentang masalah pertumbuhan, keadilan dan pelestarian lingkungan. Menurut Jokowi, pertumbuhan sangat penting, tetapi harus berjalan paralel dengan upaya mewujudkan keadilan dan pelestarian lingkungan. Jokowi yang berlatar belakang sarjana pertanian banyak menjelaskan langkah-langkah operasional untuk melestarikan lingkungan

hidup bagi generasi mendatang.


Ulasannya bahwa mengutamakan pertumbuhan ekonomi yang dikemukakan Prabowo-Hatta sudah terbukti tidak menyelesaikan masalah, bahkan menciptakan masalah yang semakin kompleks karena terjadi ketidakadilan sosial dan ekonomi serta kesenjangan yang luar biasa.


Mengenai ledakan penduduk yang dikemukakan Prabowo-Hatta, penting dicegah, tetapi penduduk yang besar bukan masalah sejauh bisa diberi pendidikan dan kepakaran yang memadai. Amerika Serikat menjadi negara adidaya (super power) antara lain karena mempunyai penduduk yang besar. Begitu juga, RRC merupakan negara yang mempunyai penduduk terbesar di dunia, justru menjadi pendorong utama kemajuan negara itu. Itu sebabnya kader-kader PKS rata-rata mempunyai anak yang banyak.


Berdasarkan pengalaman di masa Orde Baru dan Orde Reformasi, Saya lebih menyetujui pendekatan Jokowi-JK yaitu menjaga pertumbuhan berjalan paralel dengan keadilan dan pelestarian lingkungan. Tidak mengutamakan pertumbuhan karena sudah terbukti pertumbuhan hanya semakin memperkaya orang-orang kaya.


Segmen 4,5 dan 6 Sangat Menarik<


Debat capres-cawapres segmen 4. 5 dan 6 amat menarik. JK memulai bertanya pada segmen 4 dengan menanyakan tentang besarnya impor beras? Hatta menjawab bahwa pada dasarnya kita sudah swasembada beras, kalau impor beras untuk stock (persediaan) dan untuk kepentingan khusus misalnya hotel dan restoran. Sayang pada segmen ini tidak bisa mengajukan pertanyaan, sehingga JK tidak mengulas jawaban Hatta.


Menurut saya, jawaban itu patut dipertanyakan, kalau sudah swasembada, mengapa besar sekali jumlah impor, ada apa? Saya teringat pengalaman sewaktu aktif di Golkar di akhir Orde Baru, saya pernah mendengar bahwa setiap impor beras dan berbagai komoditi lainnya ada komisi yang besar. Dari komisi itu, diambil untuk membantu biaya kampanye Golkar pada masa itu. Apakah impor beras, migas dan berbagai komoditi lain tidak terkait erat dengan pengumpulan dana kampanye dan korupsi?


Dalam tanya jawab langsung kedua pasangan capres-cawapres, JK sempat tidak mau menjawab pertanyaan Hatta karena pertanyaannya salah tentang Kalpaturu. Hatta mungkin lupa untuk kabupaten-kota, diberikan penghargaan Adipura bukan Kalparu.


Mengenai pemberian piagam bagi mereka yang berjasa bagi pelestarian lingkungan, menurut Jokowi sebaiknya tidak hanya piagam, tetapi juga dana supaya pelestarian lingkungan bisa semakin diperluas dan ditingkatkan.


Dalam tanya jawab, JK sempat bertanya kepada Prabowo tentang maling-maling yang dikemukakan dalam pidatonya di Bandung. Prabowo menjawab sekedar untuk "warning". JK mengomentasi bahwa dari pihak kami tidak ada maling-maling. Dipihak sana ada maling sapi, maling haji, Alqur'an, maling migas.


Yang sangat menarik diakhir debat, Jokowi menyampaikan doa sapu jangat "Rabbanaa aatinaa fiddunya hasanah wa filakhirati hasanah wa qinaa azaabannaar (Ya Tuhan kami, berilah kami keselamatan di dunia dan beri pula keselamatan di akhirat dan peliharalah kami dari siksaan api neraka).


Wallahu a'lam bisshawab

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun