Mohon tunggu...
Musni Umar
Musni Umar Mohon Tunggu... -

Sociologist and Researcher, Ph.D in Sociology, National University of Malaysia (UKM)

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Idul Adha: Dorong Semangat Berkorban dan Gotong-Royong

5 Oktober 2014   21:53 Diperbarui: 17 Juni 2015   22:16 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari ini 5 Oktober 2014, sebagian besar umat Islam di Indonesia yang tidak sedang melaksanakan ibadah haji, merayakan hari raya Idul Adha 1435 H dengan shalat Idul Adha di masjid, di lapangan dan di berbagai tempat. Bagi mereka yang mempunyai kemampuan ekonomi, berkurban dengan menyerahkan hewan berupa sapi atau kambing ke masjid untuk disembelih guna dibagikan kepada mereka yang kurang mampu.

Sementara, sebagian lagi umat Islam Indonesia telah merayakan Idul Adha pada 04 Oktober 2014. Kita bersyukur kepada Allah, karena perbedaan waktu dalam merayakan Idul Adha tidak lagi menjadi masalah yang mengakibatkan bangsa ini terpecah.

Idul Adha tahun ini, nampak semarak diberbagai tempat seperti di masjid-masjid banyak yang berkurban sebagai wujud dari semangat berkorban yang telah melahirkan semangat kerjasama dan gotong-royong ketika menyembelih hewan kurban.

Kita bergembira menyaksikan semangat berkurban masih bergelora dikalangan umat Islam. Lebih menggembirakan lagi karena semakin mendorong tumbuhnya semangat berkorban, dan gotong-royong di kalangan bangsa Indonesia. Semoga hal tersebut dapat menjadi prime mover (penggerak utama) untuk membawa seluruh rakyat Indonesia mewujudkan kemajuan, persatuan dan kesejahteraan.

Mencontoh Nabi Ibrahim

Ibrahim merupakan salah satu Nabi dan Rasul yang telah diabadikan namanya di dalam Alqur'an. Hikmahnya menurut saya, supaya manusia dan orang-orang yang bertaqwa bisa mengambil pelajaran untuk bekal dalam menjalani hidup dan kehidupan ini.

Setidaknya terdapat 5 (lima) hal yang bisa untuk dipetik menjadi pelajaran dari Nabi Ibrahim. Pertama, keyakinan. Nabi Ibrahim telah memberi teladan yang amat penting untuk dicontoh. Dia sama sekali tidak takut, ketika mau dilempar diunggun api yang amat tinggi. Dia yakin Allah akan memelihara dan melindunginya. Hanya mereka yang yakin dan taqwa kepada Allah yang tidak merasa takut dan sedih ketika mendapat musibah atau ujian.

Kedua, keikhlasan. Nabi Ibrahim telah menunjukkan pentingnya keikhlasan dan ketulusan dalam menjalani hidup ini. Ketika dia diperintahkan Allah untuk melakukan perjalanan jauh bersama puteranya Ismail dan isterinya, menuju suatu tempat yang kemudian dikenal sekarang Mekah, Nabi Ibrahim melakukannya dengan penuh keikhlasan dan ketulusan. Begitu pula, ketika tiba ditempat yang dituju, yang tanpa penghuni, setelah sejenak tinggal ditempat itu bersama keluarga, kemudian Allah kembali memerintahkan untuk pulang ke Palestina, dengan meninggalkan isteri dan putera kesayangannya Ismail tanpa ada yang melindungi dan memberi makan, dia juga ikhlas melakukannya. Dia yakin Allah adalah sebaik-baik pelindung dan pemberi rezeki.

Ketiga, kesabaran. Nabi Ibrahim juga memberi teladan tentang pentingnya sabar dalam hidup ini. Sudah berdoa begitu lama kepada Allah supaya memperoleh seorang anak laki-laki yang akan melanjutkan keturunannya, tetapi doanya tidak kunjung terkabul. Keluhan dan kepedihan Nabi Ibrahim dituangkan dalam doanya kepada Allah sebagaimana disebutkan dalam Alqur'an "Innii wahanal azmu minnii, wasyta'alarra'su syaibaa walam akun bidu'aaki rabbi syakiiya" (Sesungguhnya tulang-tulangku sudah mulai lemah dan rambutku sudah memutih, aduh hai celakanya, doaku tidak kunjung dikabulkan). Doa dan usaha Nabi Ibrahim akhirnya dikabulkan oleh Allah.

Keempat, ketabahan. Nabi Ibrahim memberi teladan, pentingnya sikap tabah dalam hidup ini. Oleh karena, hidup ini penuh tantangan dan permasalahan. Makin tinggi kedudukan seseorang dalam kehidupan sosial, ekonomi, politik dan sebagainya, makin besar tantangan yang dihadapi. Nabi Ibrahim memberi pelajaran, pentingnya sabar dan tabah dalam menghadapi masalah.

Kelima, konsisten (istiqamah). Nabi Ibrahim, juga mengajarkan pentingnya sikap konsisten atau istiqamah dalam hidup ini. Ketika melakukan pencaharian kebenaran, dia melihat mahatari, disangkanya itulah adalah Tuhan. Ketika matahari redup, dia mengatakan pasti bukan Tuhan. Begitu pula ketika melihat bulan, disangkanya adalah Tuhan. Ketika redup, Nabi Ibrahim mengatakan, bulan pasti bukan Tuhan, karena redup. Sikap konsisten (istiqamah) dalam hidup ini amat penting, tidak saja untuk mencari kebenaran, tetapi juga memperjuangkan segala sesuatu yang diyakini benar dan baik. Semua kesuksesan di dalam hidup ini, harus diperjuangkan dengan konsisten disertai doa dan usaha keras.

Idul Adha yang dirayakan umat Islam di seluruh dunia, sarat dengan pelajaran dan contoh teladan dalam berkorban, yang telah dicontohkan Nabi Ibrahim dan puteranya Ismail.

Semoga bangsa Indonesia yang sedang mengalami turbulensi politik, bisa mengambil pelajaran dari Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail, sehingga semangat berkorban dan gotong-royong semakin meningkat sehingga membawa kebaikan, kemajuan dan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia.

Allahu a'lam bisshawab


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun