Hiruk-pikuk angin ribut
Ku tutup pendengarankuÂ
Bersandar dalam bayangan kepekatan
Menggigit senyuman buatan...
Ku tanamkan pijakan ini ke butala
Ku harap tak tergoyahkan...
Maut pun terhuyung-huyungÂ
Berpikir waktunya menjemput...
Sandiwara apa lagi harus ku perankan
Watakku bercampur darah
Ku tak bisa lagi ulurkan tanganÂ
Ku harap itu harapan kalian...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!