Mohon tunggu...
Musliyani
Musliyani Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Abul Wafa, Matematikawan Muslim

20 November 2015   23:05 Diperbarui: 21 November 2015   00:08 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mohammad Abu'l-Wafa al'Buzjani (10 Juni 940 - 15 Juli 998), lahir di Buzjan di wilayah Khorasan sekarang dikenal sebagai Iran, adalah matematikawan Islam yang terkenal.

Kontribusi Abu'l-Wafa untuk trigonometri, ia mengembangkan pengetahuan tentang fungsi tangen dan memperkenalkan metode baru membangun tabel trigonometri. Abu'l-Wafa juga dikaitkan dengan penemuan fungsi secant dan cosecant, sebagai satu kesatuan hubungan dari enam fungsi trigonometri. Konstruksi bangunan trigonometri versi Abul Wafa hingga kini diakui sangat besar kemanfaatannya.

Kontribusi Abu'l-Wafa untuk geometri ditemukan dalam bukunya Kitab al-Hindusa, yang memberi kontribusi signifikan bagi sejumlah pemecahan masalah geometri dengan menggunakan kompas. konstruksi ekuivalen untuk semua bidang, polyhedral umum; konstruksi hexagon setengah sisi dari segitiga sama kaki; konstruksi parabola dari titik dan solusi geometri bagi persamaan. Konstruksi bangunan trigonometri versi Abul Wafa hingga kini diakui sangat besar kemanfaatannya.

Abul Wafa menemukan relasi identitas trigonometri berikut ini:

Abu'l-Wafa menemukan rumus sinus untuk geometri sferik (yang tampak mirip dengan hukum sinus):

Kemampuannya menciptakan rumus-rumus baru matematika membuktikan bahwa Abul Wafa adalah matematikawan Muslim yang sangat jenius.

Abu'l-Wafa juga menulis sebuah buku lengkap tentang Astronomi dari sudut pandang matematika dengan solusi eksplisit. Dia juga menulis Buku tentang apa yang diperlukan dari ilmu aritmatika untuk ahli-ahli Taurat dan pengusaha, dan buku ilmu geometris yang diperlukan untuk pekerja konstruksi.

Abu'l-Wafa memang fenomenal. Meski di dunia Islam modern namanya tak terlalu dikenal, namun di Barat sosoknya justru sangat berkilau. Tak heran, jika sang ilmuwan Muslim itu begitu dihormati dan disegani.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun