Mohon tunggu...
Muslimin Siddik
Muslimin Siddik Mohon Tunggu... Guru - Guru Bahasa Inggris di SMA IT At-Toybah Merawang, Kep. Bangka Belitung

Travel Junkie

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Keefektifan Penggunaan Model PBL dengan Bantuan Virtual Reality dalam Pembelajaran Keterampilan Membaca Bahasa Inggris

3 Desember 2022   15:07 Diperbarui: 3 Desember 2022   18:31 609
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Best Practice atau praktik terbaik ini membahas tentang penerapan model Problem Based Learning dengan bantuan Virtual Reality (VR) untuk meningkatkan keterampilan membaca peserta didik kelas XI di SMA IT At-Toybah Merawang Kep. Bangka Belitung dalam menemukan main idea (ide pokok) pada materi analytical exposition yang membahas isu lingkungan dan sosial yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Adapun tujuan penulisan Best Practice ini adalah mendeskripsikan penerapan model Problem Based Learning dan pemanfaatan media Virtual Reality (VR) dalam meningkatkan keterampilan membaca peserta didik kelas XI SMA IT At-Toybah Merawang, mengidentifikasi kendala dalam menerapkan penerapan model Problem Based Learning dan pemanfaatan media Virtual Reality (VR) dalam meningkatkan keterampilan membaca peserta didik kelas XI SMA IT At-Toybah Merawang dan mengidentifikasi hasil atau dampak penerapan model Problem Based Learning dan pemanfaatan media Virtual Reality (VR) dalam meningkatkan keterampilan membaca peserta didik kelas XI SMA IT At-Toybah Merawang.

Strategi pemecahan masalah yang digunakan yakni dengan menerapkan Problem Based Learning dan menggunakan media Virtual Reality (VR). Pelaksanaan metode Problem Based Learning dilaksanakan sebanyak 2 dua kali pertemuan dengan memanfaatkan durasi waktu 45 menit per pertemuan. Praktik terbaik ini dilakukan di SMA IT At-Toybah Merawang Kep. Bangka Belitung yang berlokasi di Jalan Komplek Ponpes At-Toybah Balunijuk Kelurahan Balunijuk Kec. Merawang Kab. Bangka Provinsi Kep. Bangka Belitung 33172. Ruang lingkup pendidikan yang diajarkan merupakan Sekolah Menegah Atas Islam Terpadu. Sekolah ini merupakan salah satu sekolah swasta yang berbasis pondok pesantren yang terletak di desa Balunijuk yang dikenal Ponpes At-Toybah Balunijuk. Di Ponpes ini memiliki dua level jenjang pendidikan yakni SMP IT At-Toybah Merawang dan SMA IT At-Toybah Merawang. Seluruh peserta didik yang belajar disini harus tinggal diasrama dan semua peserta didiknya berjenis kelamin laki-laki. SMA IT At-Toybah Merawang dipimpin oleh seorang kepala sekolah bernama Amir Syuhada, S.Th.I. M.A dengan jumlah guru dan tenaga kependidikan sebanyak 13 orang. SMA IT At-Toybah memiliki jumlah seluruh murid sebanyak 79 peserta didik dengan jumlah rombel 3 kelas yakni X MIPA berjumlah 30, XI MIPA berjumlah 26 dan XII MIPA berjumlah 23 dari berbagai macam kalangan suku, ras dan budaya.

Pada praktik terbaik ini, hal yang dicapai adalah peningkatan pemahaman keterampilan membaca Bahasa Inggris peserta didik dalam pembelajaran teks analytical exposition dengan topik isu lingkungan dan sosial. Masalah yang dihadapi yakni peserta didik mengalami kesulitan dalam memahami isi teks analytical exposition baik secara implisit dan eksplisit sehingga nilai yang diperoleh peserta didik masih dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)  yang telah ditetapkan yakni 75. Tak hanya itu, 70 % peserta didik masih mengalami kesulitan dalam memahami isi teks. Dalam hal ini, siswa mengalami kesulitan dalam menentukan arti kosakata, isi bacaan, struktur teks dan hasil bacaan yang telah dibaca. Akibatnya, apabila diberikan pertanyaan mengenai sebuah teks, sebagian dari peserta didik masih bingung tentang teks yang disajikan bahkan dalam proses pembelajaran siswa menunggu jawaban dari teman atau guru. Padahal, jika peserta didik memahami isi teks yang disajikan dengan baik, teliti dan benar, jawaban tersebut tersedia di dalam teks tersebut. Meskipun terkadang jawaban tersebut tersirat didalam teks.

Kesulitan yang dihadapi peserta didik dalam memahami sebuah teks dipengaruhi oleh banyak faktor. Pertama, minat membaca peserta didik yang masih kurang apalagi teks yang disajikan full berbahasa Inggris. Kedua, kemampuan membaca serta minat membaca teks bahasa Inggris masih rendah. Ketiga, minat peserta didik untuk belajar bahasa Inggris masih kurang. Hal ini dikarenakan beberapa faktor yakni Bahasa Inggris merupakan bahasa asing dan jarang digunakan dalam komplek pondok pesantren di kehidupan sehari-hari serta terbatasnya guru yang bisa berbicara menggunakan Bahasa Inggris. Keempat, peserta didik mengalami kesulitan dalam menterjemah dan memahami kosakata yang disajikan dalam teks. Ini dikarenakan kosakata yang disajikan belum familiar bagi peserta didik. Sehingga untuk memahami isi sebuah teks, peserta didik mengalami kesulitan. Dari berbagai masalah tersebut, tentu akan menghambat kegiatan dan tujuan pembelajaran. Padahal, keberhasilan proses pembelajaran dapat diukur dari pemahaman, penguasaan materi, dan  prestasi yang diperoleh peserta didik.

Berdasarkan masalah yang dihadapi, disinilah peran seorang guru untuk mengatasi masalah yang terjadi dengan cara mengembangkan pembelajaran inovatif, kreatif, dan menyenangkan dengan cara menggunakan model, metode dan media pembelajaran yang kreatif dan inovatif pula. Hal ini bertujuan untuk tercapainya tujuan pembelajaran yang ingin dicapai serta dapat meningkatkan pemahaman peserta didik dalam memahami materi teks analytical exposition. Tidak hanya ini, sebagai seorang guru harus bisa mengidentifikasi pola belajar setiap peserta didik dan kebutuhan peserta didik dalam proses pembelajaran sehingga peserta didik lebih mudah untuk belajar dan termotivasi untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar.

Melalui model pembelajaran Problem Based Learning, perhatian pembelajaran tidak hanya pada perolehan pengetahuan deklatif, akan tetapi bisa melalui pengetahuan prosedural. Untuk itu, penilaian tidak hanya pada tes saja. Penilaian dan evaluasi yang sesuai dengan model Problem Based Learning adalah menilai pekerjaan yang dihasilkan peserta didik sebagai hasil pekerjaan dan mendiskusikan hasil pekerjaan secara bersama-sama atau kelompok. Tentu tujuan yang dicapai dalam penerapan Problem Based Learning adalah peserta didik untuk berpikir kreatif, analitis, sistematis dan logis dalam menemukan alternatif pemecahan masalah dengan cara eksplorasi data secara empiris dalam rangka menumbuhkan sikap ilmiah. Dalam hal ini dapat membantu guru dalam melihat bagaimana peserta didik merencanakan pemecahan masalah dan menunjukkan pengetahuan dan keterampilannya.

Model ini memuat peserta didik berpikir kreatif (creative thinking), berpikir kritis dan pemecahan masalah (critical thinking), berkomunikasi (communication) dan berkolaborasi (collaboration) dengan menggunakan metode diskusi, tanya jawab, penugasan dan presentasi dengan bantuan media Virtual Reality (VR), video pembelajaran serta lembar kerja peserta didik (LKPD) sehingga peserta didik dapat membedakan dan menangkap makna secara kontekstual terkait fungsi sosial, struktur teks dan unsur kebahasaan beberapa teks analytical exposition yang diberikan baik secara individu atau bersama rekan sebangku dengan disertai rasa ingin tahu yang tinggi, disiplin dan bekerja sama selama proses pembelajaran serta dapat melatih kemampuan berpikir tingkat tinggi dan berliterasi dengan baik.

Praktik terbaik ini penting untuk dibagikan karena dapat menimbulkan dampak positif dalam proses pembelajaran. Dengan menerapkan model Problem Based Learning dan menggunakan media Virtual Reality (VR) dapat menjadikan peserta didik untuk lebih aktif dalam berpartisipasi dan dapat meningkatkan rasa keingintahuan peserta didik terhadap materi teks ekposisi analitis dengan peserta didik sebagai pusat perhatian (students centered) dan guru sebagai pendamping. Dari penerapan model dan media ini, proses pembelajaran akan lebih terstuktur dan tercapainya tujuan pembelajaran yang dirancang.

Dalam praktik pembelajaran inovatif ini, media yang digunakan yakni Virtual Reality (VR). Tujuan penggunaan media ini adalah untuk mengintegrasikan pembelajaran dengan teknologi dan memperkenalkan media VR itu sendiri disekolah dan peserta didik. Virtual Reality (VR) merupakan gabungan dua kata Bahasa Inggris yaitu “virtual” yang memiliki arti dekat, dan “reality” yang artinya hal-hal nyata yang kita alami sebagai manusia. Jadi, Virtual Reality (VR) adalah teknologi yang bertujuan untuk meniru dunia maya dengan lingkungan yang dihasilkan oleh komputer dengan melibatkan panca indera manusia. Teknologi ini membuat penggunanya dapat merasakan kondisi yang seolah-olah nyata dari efek tiga dimensi yang dihasilkan. Alasan pemilihan media Virtual Reality (VR) dalam proses pembelajaran yakni memiliki beberapa manfaat kepada peserta didik. Dua diantaranya yakni dapat meningkatkan daya pemahaman, daya analitis dan daya ingat peserta didik. Selain itu, Virtual Reality (VR) juga diyakini mampu meningkatkan daya imajinasi, berpikir kritis dan kreatif pada peserta didik. Dalam hal ini, Virtual Reality (VR) yang dipakai yakni produk dari MilleaLab.

Alasan lain yang mendukung penggunaan media Virtual Reality (VR) yakni Millealab telah melakukan penelitian akademis pada 10 provinsi di Indonesia termasuk Bangka Belitung. Hasil dari penelitian tersebut menyimpulkan bahwa adanya peningkatan emosi positif peserta didik sebanyak 90 %, peningkatan nilai rata-rata kelas sebanyak 54 %, dan peningkatan daya pemahaman serta daya analitis peserta didik sebanyak 80 %. Penggunaan Virtual Reality (VR) dalam pembelajaran mampu meningkatkan peran pendidik dalam pembelajaran, membantu sekolah untuk menyediakan teknologi 4.0 yang terjangkau dan membantu desentralisasi fasilitas belajar.

Dalam penggunaan Virtual Reality (VR) peserta didik akan melihat scene yang dibuat. Scene tersebut menceritakan tentang perjalanan peserta didik di desa wisata Wae Rebo, Nusa Tenggara Timur. Peserta didik akan melihat keindahan alam dan menemukan permalasahan tentang materi teks analytical exposition. Setelah menemukan masalah tentang materi dipelajari dalam scene, peserta didik akan menceritakan masalah tersebut dengan peserta didik lainnya. Yang menjadi tantangan dalam penerapan praktik pembelajarn inovatif yakni proses pembuatan scene yang sesuai dan cocok dengan teks analytical exposition terkait isu lingkungan dan sosial. Tak hanya itu, peserta didik mengalami sedikit kesulitan dalam menjelajah scene karena ini hal baru dalam pembelajaran. Dalam mengatasi permasalah yang dihadapi, salah satu solusi yang dilakukan yakni memberikan contoh bagaimana cara menjelajah scene  dan menemukan masalah dalam scene tersebut.   

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun