Mohon tunggu...
Abi Taqi
Abi Taqi Mohon Tunggu... -

Pegawai swasta disebuah perusahaan multinasional. Latar pendidikan dibidang teknik, IT, agama/bahasa Arab. Yang sangat suka membaca, menulis dan berdiskusi di bidang politik, ekonomi, teknologi dan agama.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Penggunaan Wawancara Berbasis Kompetensi untuk Meningkatkan Kualitas Debat Pilpres

22 Februari 2019   10:05 Diperbarui: 22 Februari 2019   10:17 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sampai tanggal 17 Februari 2019, debat pemilihan presiden telah dilakukan dua kali, namun sampai saat ini kita hanya mendengar ide-ide atau janji-janji saja. Masyarakat tidak diberikan kesempatan untuk mengetahui kemampuan para calon-calon untuk melaksanakan ide-ide atau janji-janjinya. 

Untuk mengetahui kemampuan para calon untuk melaksanakan ide-idenya dapat digunakan pertanyaan-pertanyaan yang menggunakan Wawancara Berbasis Kompetensi. Berikut ini adalah contoh sederhana penggunaannya. 

Contohnya, saat kita melakukan perekrutan karyawan penjualan, pertanyaan yang biasa kita berikan adalah "Apabila anda diterima bekerja, berapa peningkatan penjualan yang akan anda berikan?"

Pelamar kesatu menjawab "Saya akan meningkatkan penjualan 20%". 

Pelamar kedua menjawab "Saya akan meningkatkan penjualan 100%". 

Pelamar ketiga menjawab " Saya akan meningkatkan penjualan 80%"

Sekilas pelamar kedua dan ketiga kelihatan lebih mampu karena punya ide atau janji yang lebih besar. Dan pelamar kesatu yang paling lemah, karena janjinya paling kecil. Tapi sebenarnya kita tidak tahu kemampuan pelamar-pelamar untuk melaksanakan ide-idenya. Apakah jawaban mereka, khususnya pelamar kedua dan ketiga hanya pernyataan yang muluk-muluk dan bombastis saja?

Coba kita gunakan pertanyaan yang lebih baik yang berdasarkan Wawancara Berbasis Kompetensi sebagai berikut "Berdasarkan pengalaman anda di Perusahaan sebelumnya, berapa banyak penjualan yang anda berhasil tingkatkan?" "Apakah anda menghadapi tantangan?" "Bagaimana anda mengatasi tantangan tersebut?" "Apakah perusahaan tersebut sama besar dan kompleks seperti perusahaan kami?"

Pelamar kesatu menjawab "Di pekerjaan saya sebelumnya saya berhasil meningkatkan penjualan sebanyak 20%, tantangan banyak karena adalah saya diberi target di provinsi yang baru dimasuki dan saya membentuk tim penjualan sendirian namun saya berhasil. Perusahaan saya sebelumnya sama besarnya dengan perusahaan bapak"

Pelamar kedua menjawab "Di pekerjaan saya sebelumnya saya hanya berhasil meningkatkan penjualan hanya sebanyak 15% dan perusahaan saya sebelumnya sama besarnya dengan perusahaan bapak"

Pelamar ketiga menjawab "Di pekerjaan saya sebelumnya saya berhasil meningkatkan penjualan sebanyak 20%, tantangannya tidak banyak karena saya bergabung ke tim penjualan yang sudah mapan dan perusahaan saya saat itu lebih kecil"

Dari contoh jawaban pertanyaan menggunakan Wawancara Berbasis Kompetensi diatas, terlihat jelas bahwa pelamar kesatu mempunyai kemampuan untuk memenuhi ide-ide atau janji-janjinya. Dia juga memiliki tantangan yang paling besar dan berhasil. Janjinya juga realistis sesuai dengan kemampuannya. Pelamar kedua terlihat tidak memiliki kemampuan atau kompetensi dalam memenuhi targetnya, bahkan targetnya yang baru sangat tidak sesuai dengan kemampuannya. 

Dalam debat Pilpres juga dapat menggunakan pertanyaan yang berdasarkan Wawancara Berbasis Kompetensi, contohnya selain ditanyakan ide-ide nya untuk mengurangi korupsi di negara, ditanyakan juga pengalaman nyata sebelumnya para capres dalam mengurangi korupsi di provinsi, kabupaten, kementrian, partai atau perusahaan yang dipimpinnya.

 Apa tantangannya? Apakah berhasil? Sehingga masyarakat selain tahu janji-janjinya juga tahu kemampuan atau kompetensi para capres dalam memenuhi janji-janjinya. Apakah janji-janji tersebut realistis atau hanya retorika semata. 

Semoga KPU dapat mendengar usulan untuk menggunakan pertanyaan yang berdasar Wawancara Berbasis Kompetensi ini untuk debat-debat Pilpres selanjutnya agar menjadi debat yang lebih berkualitas yang memberikan tidak hanya informasi ide-ide namun juga kemampuan para calon untuk mewujudkan ide-idenya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun