Mohon tunggu...
Muslimin
Muslimin Mohon Tunggu... -

muslimin ttl : Boyolali, 20-11-1987

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Aksara Sunda

26 Juni 2011   10:13 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:09 246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebagai salah satu kebudayaan yang telah berusia cukup lama,
secara historis lebih dari 16 abad yang lalu, kebudayaan Sunda
memiliki kekayaan peninggalan kebudayaan berupa benda-benda
bertulis, seperti prasasti, piagam, serta naskah kuno yang cukup
banyak. Hal ini menunjukkan adanya kecakapan tradisi tulis-menulis
di kalangan masyarakat Sunda. Kenyataan tersebut sekaligus membuktikan
adanya kesadaran yang tinggi dari para pendahulu
masyarakat Sunda mengenai pentingnya penyampaian informasi
hasil ketajaman wawasan, pikiran, dan perasaan mereka berupa
gagasan atau ide-ide yang mereka rekam melalui sarana bahasa dan
aksara pada setiap kurun waktu yang dilaluinya.

Kecakapan masyarakat dalam tulis-menulis di wilayah Sunda telah
diketahui keberadaannya sekitar abad ke-5 Masehi, pada masa
Kerajaan Tarumanagara. Hal itu tampak pada prasasti-prasasti dari
zaman itu yang sebagian besar telah dibicarakan oleh Kern (1917)
dalam buku yang berjudul Versvreide Geschriften; Inschripties van
den Indichen Archipel. Karya tersebut memuat cukup lengkap datadata
inskripsi dan facsimile disertai peta arkeologis yang cukup jelas4.
Selanjutnya baru sekitar zaman Kerajaan Sunda (masa Pakuan
Pajajaran-Galuh, abad ke-8 sampai dengan abad ke-16), selain
ditemukan peninggalan yang berupa prasasti dan piagam (Geger
Hanjuang, Sanghyang Tapak, Kawali, Batutulis, dan Kebantenan),
juga sudah ditemukan peninggalan yang berupa naskah (berbahan
lontar, nipah, kelapa, dan bilahan bambu) dalam jumlah yang cukup
banyak dan berasal dari berbagai daerah di wilayah Jawa Barat atau
Tatar Sunda. Naskah-naskah tertua yang ditemukan dari wilayah Tatar
Sunda ini berasal dari sekitar abad ke-14 hingga abad ke-16 Masehi.
Naskah-naskah dimaksud yang telah digarap dan dipelajari hingga
saat ini, antara lain Carita Parahyangan, Fragmen Carita Parahyangan,
Carita Ratu Pakuan, Kisah Perjalanan Bujangga Manik, Kisah
Sri Ajnyana, Kisah Purnawijaya, Sanghyang Siksakanda Ng Karesian,
Sanghyang Raga Déwata, Sanghyang Hayu, Pantun Ramayana, Serat
Déwabuda, Serat Buwana Pitu, Serat Catur Bumi, Séwaka Darma,
Amanat Galunggung, Darmajati, Jatiniskala, dan Kawih Paningkes.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun