Mohon tunggu...
muslimahsiti
muslimahsiti Mohon Tunggu... Lainnya - Wirausaha

Hobi membaca,menulis,memasak

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Petualangan Dua ke Masa Kerajaan Majapahit

24 November 2024   20:00 Diperbarui: 24 November 2024   20:04 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Petualangan dua anak ke Masa kerajaan Majapahit

Di sebuah sore yang cerah, Zulva dan Akhtar duduk di ruang tamu rumah mereka. Akhtar sedang mempelajari buku sejarah tentang kerajaan Majapahit yang dipinjam dari perpustakaan sekolahnya. Sementara itu, Zulva asyik menggambar peta kerajaan yang tergambar di buku tersebut.

"Aku penasaran banget sama Majapahit, Kak," kata Akhtar sambil menatap buku itu penuh semangat. "Katanya dulu kerajaan ini sangat besar dan kaya. Kalau saja kita bisa pergi ke masa itu..."

Zulva menoleh sambil tersenyum. "Kalau kita benar-benar ke sana, apa yang akan kamu lakukan?"

"Bertemu rajanya, tentu saja!" Akhtar menjawab mantap.

Tiba-tiba, peta yang digambar Zulva mulai bersinar terang. Angin dingin berhembus dari arah peta, membuat buku sejarah yang dipegang Akhtar terbuka sendiri. Sebelum mereka sempat bereaksi, keduanya tersedot ke dalam lingkaran cahaya.

---

Di Majapahit

Saat membuka mata, Zulva dan Akhtar mendapati diri mereka berdiri di sebuah alun-alun besar yang penuh aktivitas. Para prajurit berseragam dengan tombak di tangan berjalan hilir-mudik, pedagang menawarkan dagangan mereka dengan suara lantang, dan di kejauhan, tampak megah sebuah keraton dengan atap bertingkat.

"Zulva, kita... kita ada di Majapahit!" bisik Akhtar dengan penuh takjub.

Seorang prajurit mendekati mereka. "Kalian siapa? Kenapa berpakaian aneh seperti itu?"

Zulva dengan cepat berusaha menjelaskan, "Kami pengelana yang tersesat. Kami ingin belajar tentang Majapahit."

Prajurit itu mengangguk dan membawa mereka ke keraton. Di sana, mereka diperkenalkan kepada seorang lelaki gagah dengan mahkota emas di kepalanya. Ia adalah Raja Hayam Wuruk, penguasa Majapahit.

---

Pelajaran dari Sang Raja

Di hadapan raja, Zulva dan Akhtar bercerita tentang keinginan mereka mempelajari kebesaran Majapahit. Raja Hayam Wuruk tersenyum bijak. "Kalian anak-anak yang bersemangat. Aku akan mengizinkan kalian tinggal beberapa hari di keraton untuk belajar. Tapi ingat, setiap ilmu yang kalian dapatkan harus kalian bawa kembali ke zaman kalian dan manfaatkan dengan bijaksana."

Hari-hari mereka di Majapahit penuh pengalaman berharga. Mereka belajar dari para menteri tentang strategi politik, melihat bagaimana Gajah Mada mengatur armada laut yang kuat, dan mempelajari seni membatik serta gamelan. Akhtar sangat terkesan dengan semangat persatuan di bawah Sumpah Palapa yang dicanangkan Gajah Mada.

"Aku ingin menjadi pemimpin yang bisa menyatukan banyak orang seperti Gajah Mada," ujar Akhtar suatu malam. Zulva hanya tersenyum, bangga dengan adiknya.

Zulva, di sisi lain, terpikat oleh para perempuan Majapahit yang terampil menenun dan membatik. Ia bertekad membawa seni itu ke zamannya agar tidak hilang ditelan waktu.

---

Kembali ke Masa Modern

Ketika waktu mereka di Majapahit habis, Raja Hayam Wuruk memanggil mereka kembali ke keraton. "Kalian harus kembali ke zaman kalian. Majapahit memang besar, tetapi masa depan menanti kalian untuk membawa ilmu ini menjadi lebih bermakna."

Dengan berat hati, Zulva dan Akhtar berpamitan. Sang raja memberikan mereka sebuah keris kecil sebagai kenang-kenangan dan simbol keberanian.

Sesaat kemudian, peta Zulva kembali bersinar, dan mereka mendapati diri mereka kembali di ruang tamu rumah mereka.

---

Kesan yang Tak Terlupakan

Setelah pengalaman itu, Zulva dan Akhtar mulai menerapkan apa yang mereka pelajari. Akhtar aktif mempelajari lebih banyak tentang sejarah dan bercita-cita menjadi pemimpin yang bijaksana. Sementara Zulva mulai belajar membatik dan mengajarkannya pada teman-temannya.

"Kita mungkin tidak hidup di Majapahit, tapi kita bisa membawa semangat mereka ke zaman ini," kata Zulva sambil memandang keris pemberian raja yang kini terletak di meja mereka.

Dan sejak saat itu, mereka selalu mengenang perjalanan ajaib itu sebagai petualangan yang mengubah hidup mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun