"Bisnis? Oh, kau pasti orang kota," jawab Dinda polos.
Adrian hanya tersenyum. Dia kagum pada gadis ini, yang tanpa ragu menolongnya meskipun mereka tak saling kenal. Dinda kemudian mengantar Adrian ke desanya dan membiarkannya beristirahat di rumahnya yang kecil.
Hari-Hari Bersama
Beberapa hari berlalu, dan Adrian mulai pulih. Sambil menunggu tim penyelamatnya datang, ia banyak menghabiskan waktu bersama Dinda. Mereka berbicara tentang kehidupan masing-masing.
"Aku hanya gadis miskin," kata Dinda suatu hari.
"Dan aku triliuner," jawab Adrian sambil tertawa kecil.
Dinda mengira Adrian bercanda. Namun, dari ceritanya, ia mulai mengerti bahwa Adrian adalah pemilik perusahaan besar. Meski begitu, Adrian tak pernah bersikap sombong. Ia bahkan membantu Dinda menganyam tikar pandan, sesuatu yang baru baginya.
Hari-hari itu membuat Adrian melihat kehidupan dari sisi yang berbeda. Sementara Dinda, meski awalnya merasa minder, mulai nyaman dengan kehadiran Adrian.
Cinta yang Tumbuh
Ketika tim Adrian akhirnya datang menjemput, ia merasa berat meninggalkan desa itu, terutama Dinda. Sebelum pergi, Adrian memegang tangan Dinda dan berkata, "Aku akan kembali. Tunggu aku."
Dinda mengangguk, meskipun hatinya ragu. Bagaimana mungkin seorang triliuner seperti Adrian benar-benar kembali untuk seorang gadis miskin sepertinya?