Mendadak Sultan
Siti adalah seorang ibu rumah tangga sederhana yang setiap harinya mengurus keluarga kecilnya di pinggiran desa. Suatu pagi, ia memutuskan untuk mencari kayu bakar di hutan dekat rumah karena stok di dapur sudah habis. Dengan mengenakan hijab besarnya dan membawa keranjang rotan, ia berangkat sendiri, seperti biasanya.
Langit cerah dan burung-burung berkicau riang. Siti menyusuri jalur yang biasa ia lewati, namun kali ini kakinya melangkah lebih jauh. Ia ingin mencoba menemukan pohon tumbang yang bisa dijadikan kayu bakar berkualitas.
Saat asyik menunduk memungut ranting, sesuatu yang berkilau memantulkan cahaya matahari dan menarik perhatiannya. "Apa ini?" gumam Siti sambil memungut benda tersebut. Ia mendapati sebuah batu berwarna bening dengan kilauan pelangi yang indah.
Siti tertegun. Batu itu terasa berat di tangannya, dan ia merasa ada yang istimewa. Namun, karena tidak mengerti apa-apa tentang batu permata, ia hanya memasukkannya ke keranjang dan melanjutkan mencari kayu bakar.
Ketika pulang, ia menunjukkan batu itu kepada suaminya. "Bang, lihat apa yang kutemukan di hutan!"
Suaminya, yang awalnya acuh, tiba-tiba membelalak. "Siti, ini... ini seperti berlian!" katanya, setengah berbisik.
"Apa iya, Bang? Tapi darimana kita tahu kalau ini benar berlian?"
Setelah diskusi panjang, mereka memutuskan untuk membawa batu itu ke kota dan mengeceknya ke toko perhiasan. Ternyata, batu tersebut adalah berlian asli seberat 15 karat, dengan nilai yang mencapai miliaran rupiah.
Berita itu menyebar cepat. Orang-orang desa gempar. Hidup Siti dan keluarganya berubah dalam semalam. Mereka menjual berlian itu kepada kolektor internasional dan mendapatkan uang dalam jumlah yang sulit mereka bayangkan sebelumnya.
Namun, Siti tidak berubah menjadi orang yang sombong. Ia menggunakan uang itu dengan bijak. Ia memperbaiki rumah mereka, membeli tanah untuk bertani, dan menyisihkan sebagian untuk membantu warga desa yang kurang mampu.
"Bang," kata Siti kepada suaminya suatu malam, "Allah benar-benar memberikan rezeki dari arah yang tidak kita duga."
Suaminya mengangguk sambil tersenyum. "Yang penting, kita tetap rendah hati dan bersyukur, Siti. Karena ini semua hanyalah titipan."
Mereka hidup bahagia, tetap sederhana meski mendadak jadi sultan. Dan setiap kali melihat kilauan kecil dari perhiasan yang dibuat dari berlian tersebut, Siti selalu teringat bahwa rezeki sejati adalah keluarga dan keberkahan dalam hati. TAMAT
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H