Mohon tunggu...
Metya Lutviani
Metya Lutviani Mohon Tunggu... Dosen - Metya Lutviani

Nama : metya lutviani kuliah : universitas negeri medan alamat : Jl. Limau manis Perumahan Taman Anugrah permai No. 13

Selanjutnya

Tutup

Edukasi

Menjadi Orang Tua yang Bijaksana

12 Maret 2015   09:21 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:47 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beauty. Sumber ilustrasi: Unsplash

Setiap pasangan pasti menginginkan mendapatkan keturunan, karena dengannya hati akan menjadi tentram, dan damai..  karena anak-anak merupakan pelipur larah bagi setiap orang tua.. anak-anak juga merupakan penyemangat hidup bagi orang tua mereka.. sungguh berbahagialah orang tua yang memiliki anak-anak yang shaleh dan shaleha, sungguh beruntunglah orang tua yang memiliki anak-anak yang santun, halus dan menghargai sesamanya..

Dunia ini adalah perhiasan.. anak-anak juga merupakan perhiasan, yang bisa menjadi anugerah ketika kita mampu mengarahkannya dengan baik atau malah anak-anak akan menjadi bencana jika kita lalai dalam membimbingnya.. tanpa kita sadari, dunia ini semakin lama semakin berbahaya seakan semuanya serba mencekam, degradasi moral dimana-mana, etika tak lagi terjaga, kekerasan seakan menjadi panutan, televisi yang seharusnya menjadi tuntunan kini semakin menjadi tontonan yang menghancurkan..

Jika kita memperhatikan ketika kita pulang bekerja, disepanjang jalan raya, diatas jembatan, dibawah pohon, didalam taman, dikafe, di restoran, bahkan dirumah sakit dan mesjid pun kita lihat banyak pemuda pemudi yang berduaan.. bercumbu dan bercanda, bermesraan di depan khalayak ramai.. sungguh sesuatu yang sangat tabuh dahulu kini menjadi suatu hal yang lumrah.. Subhanallah.. bagaimana tidak banyak kejadian wanita yang hamil diluar nikah.. bagaimana tidak banyak pemudi yang sudah hilang keperawanannya.. bagaimana tidak banyak bayi yang dibuang diemperan.. jika kenyataannya seperti ini.. Sungguh tragis sebenarnya.. banyak masa depan pelajar kita yang terbuang sia-sia.. Lantas siapa yang harus bertanggung jawab akan hal ini..

Tidakkah kita semua adalah pemimpin, dan kita akan dimintakan pertanggungjawaban atas kepemimpinan kita.. tidak takutkah kita ketika suatu saat Allah meminta pertanggungjawaban kita atas apa yang menjadi tanggungjawab kita.. mampukah kita menjawab ketika allah bertanya tentang ilmumu, hartamu dan keluargamu kemana engkau arahkan? Wahai para orang tua.. sesibuk apapun kita, mari kita perhatikan perkembangan anak-anak kita, mari kita arahkan akhlak anak-anak kita, mari kita bimbing agama anak-anak kita... mari kita jaga generasi kita dari kebobrokan moral, dari kehancuran akhlak, dan dari kemerosotan mental..

Sulit memang untuk kita menyediakan waktu 24 jam dalam mengawasi anak-anak, namun setidaknya kita mampu menyisihkan waktu walau hanya 15 menit yang berkualitas untuk mendampingi anak-anak, menentramkan hatinya, mencurahkan perhatian penuh kepadanya, mengajarkannya mana yang baik dan buruk.. sungguh setiap anak membutuhkan perhatian itu, sungguh setiap anak membutuhkan kasih sayang itu.. sungguh setiap anak hanya menginginkan disayangi, dihormati haknya, dan diakui keberadaannya... Masih sulitkah kita melakukan itu..

Sebuah cerita menarik dari salah  seorang mahasiswi saya, anggap saja namanya Maya, Maya bercerita bahwa selama ini dia sering bolos tidak ke kampus karena ada masalah keluarga, pada semester awal maya termasuk salah seorang mahasiswi yang rajin, IPnya juga bagus, namun sekarang sungguh jauh berbeda, dia sering tidak masuk kelas, tidak pernah mengerjakan tugas dan tidak ada memberi kabar apapun, ternyata setelah saya menghubunginya dan bercerita dari hati ke hati dengannya, maka dengan tetesan air mata ia pun bercerita bahwa kedua orang tuanya sedang bertengkar, ayahnya pergi ke luar kota, sedangkan ibunya pergi kerumah orang tuanya di kampung. maya adalah anak terakhir dari 4 bersaudara, 2 saudaranya sudah menikah dan tinggal di luar sumatera, sementara maya tinggal bersama pembantu dan abangnya, abangnya sedang kuliah di semester akhir dan sering keluar kota untuk melakukan riset..

Maya yang dahulu sangat dekat dengan ibunya dan semua hal tentangnya disiapkan oleh ibunya kini harus sendirian dirumah dan menyiapkan semuanya sendiri.. sungguh secara psikologis ini sangat berat untuk Maya.. Maya tidak siap menerima semuanya, hingga akhirnya semangat hidup Maya pun berkurang, ia jadi tidak mempunyai semangat untuk pergi ke kampus, setiap kali ingin pergi ke kampus ia mengurungkan niatnya dan pada akhirnya masuk kembali kedalam rumahnya dan berdiam diri dirumah. Maya salah seorang mahasiswi saya yang cerdas, ia merupakan pelatih Taekwondo di sekolah-sekolah, Maya juga seorang foto model yang cukup terkenal, namun banyak yang tidak tahu bahwa Maya sebenarnya sedang terserang penyakit, bahkan kedua orangtuanya pun tidak tahu akan hal ini. Maya mengidap penyakit Kelenjar Getah Bening, ia juga mengidap sesak nafas yang akut.. tapi karena tidak pernah mempunyai waktu dengan keluarga Maya tidak pernah menceritakan hal ini..

Setiap Maya mempunyai masalah pada Akhirnya ia melarikan masalah itu kepada Geng Motor, ia sering balapan sepeda motor dengan teman-temannya, ia mengaku bahwa ketika ia sedang balapan ia mengumpamakan seakan start balapan itu adalah masalahnya, dan ia harus menjauhi sejauh-jauhnya dari start atau masalah itu, dan ketika ia sudah berputar ke finish ia menganggap masalah itu sudah tertinggal jauh dibelakang dan akhirnya hilang.. itulah sebabnya ia sangat ketagihan dengan balapan sepeda motor..

Bahkan teman-teman balapannya pun tidak mengetahui bahwa Maya adalah seorang Wanita, karena ia selalu menggunakan helm dan pakaian pria saat drive.. walau Maya pernah terbanting saat melakukan jump dengan sepeda motornya.. dan mengalami patah di bagian leher.. ia tetap tidak mau berhenti dari kegiatan itu.. apalagi ketika sedang terjadi masalah seperti ini..

Ini sebuah kisah nyata yang mudah-mudahan bisa menginspirasi dan menyadarkan kita bahwa.. sebenarnya selaku orang tua kita harus bersikap lebih bijak. jangan pernah lari dari masalah, dan jangan pernah menampakkan masalah itu didepan anak-anak kita.. sungguh mereka akan sangat terganggu dengan kondisi itu, dan itu sangat mengganggu psikologis anak-anak.. janganlah sampai kita menyesal akhirnya.. hingga anak-anak kita sudah terjerumus terlalu dalam dan sudah tidak dapat ditarik kembali lagi.. bukankah anak-anak adalah amanah yang harus kita jaga.. lantas mengapa kita lebih memikirkan dunia kita, dan kebahagiaan kita sendiri dari pada mengutamakan kebahagiaan anak-anak.. jika alasan kita karena kita mencari uang untuk masa depan dan kebahagiaan anak-anak dan keluarga kita.. Maka itu adalah Alasan yang salah besar... Anak-anak hanya membutuhkan sedikit uang, namun banyak perhatian dan kasih sayang.. uang yang dicari secukupnya asal memenuhi kebutuhan anak-anak.. karena rezeki itu akan datang jika kita mengutamakan kebahagiaan keluarga.. Bukankah keberkahan dan kebahagiaan serta kesejahteraan keluarga lebih utama dibanding segalanya...

Semoga kita para Orang tua, lebih memperhatikan, merenungi, meresapi dan menghayati apa yang terjadi di lingkungan kita.. apa yang terjadi dengan anak - anak kita.. Mari kita lebih memperhatikan keluarga, mencurahkan perhatian dan kasih sayang untuk istri dan anak-anak kita.. semoga anak-anak kita akan menjadi Generasi Hebat masa depan yang dapat menghantarkan kita kedalam surganya Allah SWT.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Edukasi Selengkapnya
Lihat Edukasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun