Mohon tunggu...
Muslimah
Muslimah Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

membaca fiksi adalah kesenangan bagi saya

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Masyarakat Konsumtif: Mengapa Budaya Malas Terus Berlanjut?

16 Desember 2024   06:00 Diperbarui: 1 Januari 2025   22:50 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Hasil studi Stanford University menyebutkan, rata-rata langkah kaki orang Indonesia setiap harinya adalah 3.513 langkah. Tak heran jika Indonesia ditetapkan menjadi negara dengan penduduk paling malas jalan kaki di dunia. Budaya malas jalan kaki ini entah kenapa agaknya akan terus berlanjut. Kondisi ini diperparah dengan adanya transformasi digital yang membuat manusia lebih memilih berinteraksi menggunakan smartphone-nya masing-masing dari pada menghabiskan energi untuk bertemu tatap muka. Kalaupun terpaksa harus tatap muka, kebanyakan masyarakat Indonesia memilih menggunakan kendaraan pribadi seperti motor atau mobil ketimbang jalan kaki yang melelahkan, atau transportasi umum yang merepotkan apalagi aksesnya masih sulit untuk sebagian wilayah. Di beberapa kota, masalah infrastruktur pejalan kaki sering kali tidak mendukung, dengan banyaknya trotoar yang rusak, sempit, hilang atau bahkan terhalang pedagang , akibatnya orang lebih memilih menggunakan kendaraan daripada berjalan kaki. Di samping itu, semakin berkembangnya budaya urbanisasi dan konsumerisme, turut mempengaruhi masyarakat untuk bergantung pada kendaraan sebagai simbol status dan kemudahan.

Motor menjadi alternatif yang paling banyak digunakan masyarakat Indonesia, karena dianggap praktis dan efisien waktu. Setiap tahun tingkat pengguna kendaraan bermotor terus meningkat, tercatat ada lebih dari 128.595.993 pada tahun 2023 dan masih terus mengalami peningkatan. Di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dan Bandung, penggunaan kendaraan bermotor telah menjadi pilihan utama untuk mobilitas, meskipun jarak yang harus ditempuh sebenarnya bisa dijangkau dengan berjalan kaki dalam waktu singkat. Perilaku ini terus berulang menjadi sebuah pemahaman yang memunculkan anggapan bahwa jalan kaki, sama dengan kamu tidak mampu membeli motor atau motor kamu sedang dalam perbaikan. Akhirnya segala cara diupayakan agar dapat membeli motor yang kemudian memunculkan paradigma aku mengonsumsi maka aku ada.

Timbulnya masalah kesehatan seperti meningkatnya risiko obesitas, penyakit jantung, diabetes, dan gangguan kesehatan lainnya akibat kurangnya aktivitas fisik, menjadi momok yang nantinya akan dihadapi masyarakat ketika budaya malas jalan kaki ini terus berkepanjangan. Sadar atau tidak peningkatan polusi udara dan kemacetan lalu lintas yang disebabkan oleh dominasi kendaraan bermotor, menambah list panjang permasalahan yang harus segera ditangani oleh pemerintah maupun masyarakat. Tak ketinggalan, hilangnya ruang dan kesempatan untuk menikmati lingkungan sekitar serta interaksi sosial  dapat menurunkan kualitas hidup secara keseluruhan.

Budaya malas berjalan kaki akan terus berlanjut jika masyarakat tidak bisa mengubah kebiasaan ini, padahal jalan kaki memiliki banyak manfaat untuk tubuh maupun lingkungan. Adakalanya menurunkan ego untuk tidak menuruti gaya hidup konsumerisme sangat penting dilakukan. Hidup sederhana menikmati momen dengan lingkungan akan sangat lebih berarti daripada menghabiskan uang untuk hal yang nantinya akan merusak. Di sisi lain, ketidakmampuan infrastruktur untuk mendukung jalan kaki yang disediakan pemerintah, pada kota besar maupun wilayah lain juga menjadi tantangan dalam mengubah kebiasaan malas jalan kaki. Inisiatif pemerintah atau lembaga kesehatan dalam mendorong masyarakat untuk lebih banyak berjalan kaki juga dinilai belum maksimal dalam mengatasi masalah.

Pembangunan trotoar yang lebih baik dan aman, serta fasilitas publik yang ramah pejalan kaki, bisa menjadi solusi pertama untuk meningkatkan aktivitas fisik masyarakat. Kemudian menggagas suatu kampanye yang menekankan pentingnya jalan kaki untuk kesehatan tubuh dan lingkungan. Perlu kerja sama dari setiap lini pemerintah maupun masyarakat untuk menyukseskan kampanye jalan kaki. Buatlah masyarakat merasa termotivasi untuk mulai berjalan kaki, baik untuk aktivitas sehari-hari maupun sebagai gaya hidup sehat. Setelahnya gunakan aplikasi kesehatan yang mendorong masyarakat untuk lebih aktif secara fisik melalui aktivitas jalan kaki.

Budaya malas jalan kaki dipengaruhi oleh gaya hidup yang bersifat instan, nyaman dan efisien. Tapi perlu diingat bahwa ada banyak manfaat yang akan ditimbulkan ketika kita mulai bersahabat dengan alam, salah satunya dengan berjalan kaki. Jalan kaki tidak akan menimbulkan gas perusak ozon. Di samping itu perubahan ini dapat tercapai melalui kerja sama antara masyarakat, pemerintah, dan sektor swasta dalam menciptakan infrastruktur yang mendukung serta kampanye kesehatan yang efektif

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun