Selain faktor harga sirip hiu di pasaran Hongkong dan China yang menurun, para nelayan ini juga terjerat lingkaran utang. Selain itu, kebijakan Australia yang makin ketat, menyebabkan para nelayan tersebut beralih membantu penyelundupan manusia.
Joko seorang nelayan yang saya temui mengatakan ia sudah puluhan tahun malang melintang menjadi nelayan. Bahkan ia sudah beberapa kali ditangkap dan di penjara di Pula Christmas oleh pemerintah Australia karena mencuri ikan dan terlibat dalam kasus human trafficking
"Saya melaut sejak tamat SMA. Awalnya hanya sebagai anak buah kapal, lama-kelamaan saya bisa menjadi nahkoda. Â Awalnya ya hanya melaut dan mencari ikan. Tetapi karena tangkapan hasil laut juga sedikit, kebutuhan hidup banyak ada orang nawari kerjaan bawa orang ke Australia ya saya ambil" kata Joko yang nenek moyangnya orang Pati Jawa Tengah itu.
Untuk satu kali perjalanan ke Australia, ia dibayar 50-70 juta. Bergantung besar kecilnya kapal. Cukongnya biasanya  orang Bandung dan Jakarta. Mereka  yang punya kapal. Ia hanya jadi nahkoda. Penyewa kapal biasanya orang-orang dari negara konflik seperti Suriah, Irak, Iran, dan negara timur tengah lainnya.
Joko  kini telah lama meninggalkan pekerjaan haram itu. Ia lebih sering membantu kakaknya mengangkut ikan  dan barang dagangan lain ke Kupang. Di samping  itu ia juga punya harapan baru dengan semakin dikenalnya Pantai Mulut Seribu; sebuah destinasi wisata bahari yang sangat cantik dan perawan  tidak jauh dari kampungnya.
Dengan semakin banyaknya wisatawan yang datang berkunjung ke Pantai Mulut Seribu, praktis ia dan teman-temannya mendapatkan manfaat ekonomi dari menyewakan kapal. Untuk satu trip perjalanan Joko menawarkan harga yang sangat murah, yakni sebesar Rp 500.000,-. Kalau mau lebih, misalnya mau memancing pada malam hari ia mematok tarif Rp. 1.500.000 per kapal. Â Walau belum signifikan dengan tingkat pendapatan, setidaknya ini menjadi harapan baru bagi Joko dan nelayan Kampung Papela agar tidak lagi terjerumus ke dalam lingkaran sindikat perdagangan manusia yang menjadi perhatian serius pemerintah Indonesia dan Australia di wilayah itu. Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI