Jika Anda pernah ke Tiongkok, pasti pernah mendengar nama Gunung Huangshan. Huangshan atau Gunung Huang yang berada di provinsi Anhui, Tiongkok Timur. Gunung ini memiliki pemandangan yang indah memesona, apalagi di musim panas.
Jajaran bebatuan yang menjulang tinggi seperti terlihat melayang di atas lautan awan. Bagi para penikmat seni, Huangshan memiliki pesona yang tiada duanya. Sampai-sampai ada yang mengatakan jika ada lukisan klasik berlatar gunung di Tiongkok, bisa dipastikan itu Gunung Huangshan.
Saya dan tim beberapa waktu lalu berkesempatan mengunjungi gunung yang oleh yang oleh UNESCO ditetapkan sebagai World Heritage Site tahun 1990 itu. Gunung Huangshan juga disebut dengan nama Yellow Mountain (pegunungan kuning).
Dinamakan demikian bukan karena gunungnya berwarna kuning, tapi karena konon nama ini ada hubungannya dengan kaisar kuning legendaris yang bernama Huang Di.
Menuju Gunung Huangshan
Perjalanan menuju ke Yellow Mountain kami dimulai dari Beijing. Pagi buta harus kami bergegas menuju Railway Station. Untung saja letaknya tidak jauh dari hotel tempat menginap. Hanya sekira lima belas menit menembus dinginnya udara Beijing yang menusuk tulang. Waktu itu bulan November, Tiongkok baru akan memasuki musim dingin.
Setelah melakukan check in dan pemeriksaan metal detector kami bergegas masuk ke dalam ruang tunggu. Inilah kelebihan pemerintah Tiongkok, hampir semua sarana publik di negeri tirai bambu dibuat modern dan lengkap. Semuanya. Mulai jalan bebas hambatan, jalur kereta api, bandara, stasiun, terminal bus, dan tempat wisata nyaman dikunjungi wisatawan.
Kami lantas membeli tiket di loket khusus. Harga tiket Beijing-Huangshan sebesar 500 Renminbi (RMB) atau setara satu juta rupiah. Perjalanan ke Kota Huangshan memakan waktu sekira 6 jam perjalanan. Perjalanan yang relatif singkat, mengingat jarak Beijing dan Huangshan mencapai seribuan kilometer.

Pagi harinya kami baru kemudian melanjutkan perjalanan dengan bus menuju ke Gunung Huangshan. Perjalanan mencapai tempat ini memakan waktu kurang lebih satu jam. Sampai di tempat terminal penumpang, kami kemudian diminta untuk berganti bus khusus yang disediakan oleh pengelola taman wisata Gunung Huangshan. Tentu saja harus membayar tiket. Bus inilah yang membawa kami ke stasiun kereta gantung (cable train).
Enam Puluh Ribu Anak Tangga
Sebenarnya ada pilihan lain bagi turis yang tidak ingin naik kereta gantung, yakni dengan berjalan kaki naik ke puncak. Jangan bayangkan seperti naik ke puncak Pulau Padar di Labuan Bajo yang trekingnya curam tajam, di Gunung Huangshan ada anak tangga sudah tersusun rapi sejak ribuan tahun lalu.
Tak tanggung-tanggung konon ada sekirar enam puluh ribuan anak tangga yang harus Anda tapaki untuk sampai di puncak. Anda juga bisa menyewa tandu seperi orang-orang Tiongkok dulu, tarifnya sekira 400 RMB, atau sekira 800 ribu rupiah pergi pulang.
Demi menghemat energi, situasi, kondisi fisik, dan pertimbangan lainnya saya memilih naik kereta gantung harga tiketnya sekira 90 RMB atau sekira 180 ribu rupiah. Satu kapsul kabel train bisa dinaiki 4-6 orang.
Ada sensasi yang tersendiri saat naik kereta gantung, maklum orang udik. Hehe. Duduk di atas kereta gantung, melihat kiri kanan, melintasi perbukitan karang, menembus lautan kabut, seolah menjelajah negeri di atas awan. Asyik sekali. Ngeri-ngeri sedap. Sempat terbayang juga kalau kapsul yang saya tumpangi jatuh ke dasar jurang. Tamat sudah riwayat.
Saya hanya berpikir bagaimana proyek raksasa ini awal mulanya dikerjakan. Tentu butuh investasi yang tidak sedikit dan pengorbanan yang besar dari para pekerjanya.
Selang lima belas menit kemudian kereta turun di shelter. Kami kemudin berjalan menyusuri jalan menurun, berbelok, sejauh beberapa kilometer. Udara sangat dingin, dan kabut menyelimuti hampir semua area pegunungan. Sejauh mata memandang hanya kabut dan kabut.
Puncak Gunung Huangshan dipenuhi berbagai macam tumbuhan seperti bunga-bungaan, pohon pinus, dan tanaman jenis paku-pakuan. Saat melintas sebuah spot, pemandu bercerita bahwa ini adalah Huan Ke Song atau Pinus Penyambut Tamu. Usianya sudah mencapai ribuan tahun.
Setelah melalui ratusan anak tangga dan dan menyisakan sedikit tenaga saya pun sampai di puncak lotus, salah satu dari tiga puncak Gunung Huangshan. Puncak lotus sejatinya hanya sebuah area kecil yang sekelilingnya berisi bebatuan.

Tepat disebelahnya berdiri Bei Hai Hotel Dinning Hall-sebuah hotel dan resto yang siap melayani wisatawan dengan layanan kualitas primanya. Inilah sekali lagi hebatnya pemerintah Tiongkok, di puncak gunung pun tersedia fasilitas yang bisa dipakai oleh para wisatawan. Kami pun tidak melewatkan untuk beristirahat dan menikmati bebek panggang khas Tiongkok di resto ini.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI