Sebenarnya ada pilihan lain bagi turis  yang tidak ingin  naik kereta gantung, yakni dengan berjalan kaki naik ke puncak. Jangan bayangkan seperti naik ke puncak Pulau Padar di Labuan Bajo yang trekingnya curam tajam,  di Gunung Huangshan ada  anak tangga sudah tersusun rapi sejak ribuan tahun lalu.Â
Tak tanggung-tanggung konon ada sekirar enam puluh ribuan anak tangga yang harus Anda tapaki untuk sampai di puncak. Anda juga bisa menyewa tandu seperi orang-orang Tiongkok dulu, tarifnya sekira 400 RMB, atau sekira 800 ribu rupiah pergi pulang.
Demi menghemat energi, situasi, kondisi fisik, dan pertimbangan lainnya saya memilih naik kereta gantung harga tiketnya sekira 90 RMB atau sekira 180 ribu rupiah. Satu kapsul kabel train bisa dinaiki 4-6 orang.
Ada sensasi yang tersendiri saat  naik kereta gantung, maklum orang udik. Hehe.  Duduk di atas kereta gantung, melihat kiri kanan, melintasi perbukitan karang, menembus lautan kabut, seolah  menjelajah negeri di atas awan. Asyik sekali. Ngeri-ngeri sedap. Sempat terbayang juga kalau kapsul yang saya tumpangi jatuh ke dasar jurang. Tamat sudah riwayat.
Saya hanya berpikir bagaimana proyek raksasa ini awal mulanya dikerjakan. Tentu butuh investasi yang tidak sedikit dan pengorbanan yang besar dari para pekerjanya.
Selang lima belas menit kemudian kereta turun di shelter. Kami kemudin berjalan menyusuri jalan  menurun, berbelok,  sejauh beberapa kilometer.  Udara sangat dingin, dan kabut menyelimuti hampir semua area pegunungan. Sejauh mata memandang hanya kabut dan kabut. Â
Puncak Gunung Huangshan dipenuhi berbagai macam tumbuhan seperti bunga-bungaan,  pohon pinus, dan tanaman  jenis paku-pakuan. Saat melintas sebuah spot, pemandu bercerita bahwa ini adalah  Huan Ke Song  atau Pinus Penyambut Tamu. Usianya sudah mencapai ribuan tahun.  Â
Setelah melalui ratusan anak tangga dan  dan menyisakan sedikit tenaga saya pun sampai di puncak lotus, salah satu dari tiga puncak Gunung Huangshan. Puncak lotus sejatinya hanya sebuah area kecil yang sekelilingnya berisi bebatuan.
Tepat disebelahnya berdiri Bei Hai Hotel Dinning Hall-sebuah hotel dan resto yang siap melayani wisatawan dengan layanan kualitas primanya. Inilah sekali lagi hebatnya pemerintah Tiongkok, di puncak gunung pun tersedia fasilitas yang bisa dipakai oleh para wisatawan. Kami pun tidak melewatkan untuk beristirahat dan menikmati  bebek panggang khas Tiongkok di resto ini.