Mohon tunggu...
Muslihudin El Hasanudin
Muslihudin El Hasanudin Mohon Tunggu... jurnalis -

journalist and more

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Beijing, Legenda Kota Tua yang Menyimpan Banyak Cerita

6 Desember 2016   14:57 Diperbarui: 7 Desember 2016   02:04 496
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Barisan tentara sedang berpatroli di Tianamen Square (foto dindin)

Beijing menyambut  ramah kedatangan saya.  Cuaca cerah, mentari pagi bersinar terang. Walau suhu udara lumayan dingin, tetapi tubuh  saya masih bisa menahannya. Bulan Oktober tahun ini Tiongkok Utara mulai memasuki musim dingin. Jauh-jauh hari pihak travel agen juga mengingatkan agar kami mengantisipasinya.

Bandara  Udara Beijing yang superluas pagi itu  masih tampak sepi. Hanya beberapa petugas yang saya lihat berkeliling. Beda sekali dengan suasana di Jakarta atau bandara-bandara di Indonesia  pada umumnya yang selalu ramai. 

Melewati pintu imigrasi yang cukup angker, saya menuju  pengambilan bagasi,   melewati beberapa pos pemeriksaan, dan  akhirnya   bertemu A-Chin tour guide local sudah menunggu bersama busnya.

A-Chin mengajak saya  dan rombongan berkeliling Beijing. Sepanjang perjalanan, saya melihat  wajah Beijing. Jalanan lebar dengan lebih dari empat ruas setiap jalurnya.  Lebar jalan tampaknya berbanding lurus dengan pertumbuhan jumlah kendaraan.

“Luas Beijing dua puluh tiga kali lipat dari Jakarta, tetapi penduduknya hanya 23 juta jiwa”jelas Achin. Pantes saja ndak ada macet seperti Jakarta. 

Jalanan tampak bersih, tak ada papan reklame, dan tak ada pedagang kaki lima yang mendirikan tenda-tenda. Semua bersih dan tertata rapi. Yang ada hanya gedung-gedung apartemen yang berderet-deret seolah tiada habis.     

Beijing  kota tua yang memiliki banyak bagunan gigantik kuno yang menakjubkan. Hebatnya sampai kini masih terawat dengan baik. Forbiden City, Temple of Heaven, Great Wall, Summer Palace adalah beberapa tempat yang kini banyak dikunjungi wisatawan.

Tianamen Square selalu ramai pengunjung (foto dindin)
Tianamen Square selalu ramai pengunjung (foto dindin)
Tian An Men Square

Sekira 45 menit naik bus,  saya sampai  di Tian An Men Square.  Lapangan  yang memiliki   luas 440.000 m2 bisa jadi  lapangan terluas di dunia. Lapangan  ini persis berada di jantung  Kota Beijing, berseberangan dengan Imperial Palace atau Forbidden City. Di lapangan inilah pada 1 Oktober 1949   Mao Zedong Sang Pemimpin Revolusi Tiongkok memproklamirkan  kemerdekaan Republik Rakyat Tiongkok.

Walau sangat luas, lapangan ini  terlihat bersih. Ada taman luas nan cantik  penuh bunga warna-warni. Pengunjung yang masuk semua diperiksa termasuk barang bawaanya. Dan kata A-Chin untuk menjaga  pamor Tian An Men  bus atau kenderaan yang melintas jalan di sekitar lapangan harus bersih dari tulisan iklan atau sponsor produk apapun.

Melihat sejarah, Tian An Men  pernah menjadi saksi peristiwa bersejarah bangsa Tiongkok modern yang terkenal dengan peristiwa 64 karena terjadi 4 Juni 1989. Pada saat itu mahasiswa melakukan aksi protes  memperjuangkan kebebasan dan demokrasi.  

Melambungnya harga-harga, kemiskinan dan ketidakadilan menjadi pemicunya.  Massa mendesak dilakukan reformasi birokrasi dan kebijakan yang pro rakyat, bukan pro penguasa.     

Melihat adanya potensi pembangkangan semakin meluas, pemerintah Tiongkok   mengerahkan Tentara Pembebasan Rakyat untuk meredam aksi tersebut. Ratusan tank dikerahkan ke Lapangan Tian An Men. Awalnya tindakan yang oleh pemerintah  diistilahkan sebagai tindakan pendisiplinan yang terkendali, namun dalam aksinya,tentara-tentara  itu menunjukan  tindakan sebaliknya: sangat represif. Akibatnya ribuan massa menjadi korban, bahkan Pentagon menyebut puluhan ribu orang tewas.

Kini setelah 27 tahun peristiwa itu berlalu, stabilitas politik di Tiongkok  terjaga dengan baik. Hampir tidak ada lagi kekacauan politik atau yang berarti. Pemerintah sepenuhnya mengambil alih kehidupan berpolitik masyarakat. Tidak adalagi demo, tidak ada lagi protes dalam skala besar. Rakyat  tetap aman, damai, dan  kini Tiongkok menjadi salah satu kekuatan ekonomi terbesar di dunia.

Gerbang depan Forbiden City dilihat dari Tianamen Square (foto dindin)
Gerbang depan Forbiden City dilihat dari Tianamen Square (foto dindin)
Forbiden City

Tian An Men berseberangan dengan Forbidden City yang merupakan komplek istana yang sangat besar dan luas. Disebut sebagai Kota Terlarang karena selama hampir 500 tahun,  oleh pemerintahan Dinasti Ming hingga Qing-dua dinasti terakhir di Tiongkok, kawasan ini tertutup untuk umum. Hanya kalangan tertentu saja yang diperkenankan memasukinya. Karenanya dinamakan Forbidden City.

Menurut A-Chin luas bangunan yang   oleh  UNESCO diakui  sebagai World Heritage Sites ini mencapai 720.000 m2. Saya percaya saja, karena tidak mungkin menghitungnya.  Dibangun sejak tahun 1406 hingga tahun 1420. Terdiri dari 980 bangunan dan meliputi 8.707 ruangan. Yang mengagumkan,selain ukurannya yang sangat besar, teknologinya juga sudah canggih, struktur bangunannya detail,  dan dibangun dengan  konsep yang matang.  

Forbiden City juga menyimpan kisah tragis Kaisar Aisin Gioro Pu Yi-Kaisar  terakhir DinastiQing.    Ia dinobatkan menjadi kaisar pada umur tiga tahunmenggantikan   Kaisar Kuang Hsu yang wafat. Sejak saat itu separuhhidup  Pu Yi  dihabiskan di dalam Istana

Turis lokal di bagian dalam Forbiden City (foto dindin)
Turis lokal di bagian dalam Forbiden City (foto dindin)
Berbagai kemewahan,hak-hak istimewa. langsung melekat pada Pu Yi kecil. Dalam dialog film The Last Emperor untuk melayani  kaisar, pihak kerajaan mempekerjakan  1.200 kasim, 350dayang, 185 juru masak, 840 pengawal dan pegawai kerajaan, dan memotong 3.000 ekor ayam setiap minggunya.

Tetapi, sesungguhnya semua itu hanya sebuah paradoks. Ia memang berkuasa untuk menentukan segala hal di istana, namun  tidak untuk di luar istana. Ia bukan siapa-siapa, karena saat itu Tiongkok telah berganti menjadi negara republik yang berarti tidak mengakui i kekuasaan kaisar.

Gerak-geriknya di istana sangat dibatasi.  Reginald Fleming Johnstone gurunya yang berkebangsaan Inggris menyebut Pu Yi sebagai pemuda paling kesepian di bumi.  

Jalan hidup Sang Kaisar semakin suram saat Jepang menyerang Tiongkok. Pu yi  terlibat banyak intrik politik. hingga akhirnya ditangkap dan dipenjara  karena dianggap menentang pemerintah dan menjadi penjahat perang. Selepas  menjalani humuman ia dibebaskan dan  bekerja sebagai tukang kebun di Beijing. Pu Yi akhirnya wafat pada 1967 dalam kesendirian. (Muslihudin elHasanudin)

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun