Mohon tunggu...
Muslihudin El Hasanudin
Muslihudin El Hasanudin Mohon Tunggu... jurnalis -

journalist and more

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Kasus Mirna dan Sampah Informasi

31 Januari 2016   08:43 Diperbarui: 31 Januari 2016   09:40 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="foto ilustrasi (foto dindin)"][/caption]Beberapa minggu ini setiap kita menyalakan tivi, membaca koran, berita online, ataupun  jejaring sosial hampir semuanya rame konde memberi informasi  kasus kematian Wayan Mirna  Salihin. Menepikan pemberitaan-pemberitaan lainnya. Stasiun televisi beberapa kali membuat jeda breaking news untuk kasus ini. Layaknya peristiwa nasional seperti bom Sarinah, Gunung Merapi meletus, atau musibah jatuhnya pesawat Air Asia.

Di kompasiana, artikel tentang kasus Mirna  tidak sedikit juga yang mengulas, dan tentu mendapat hit yang  tinggi. Ini menunjukkan betapa kasus ini begitu besar menyita perhatian publik.

Tapi tidak sedikit pula yang jengah dengan pemberitaan kasus ini-termasuk saya. Dari sisi konten informasi public, pemberitaan tentang kasus Mirna tidak begitu banyak memberi manfaat. Karena lebih banyak mengambil angel  sisi negatif perbuatan pelaku.

Berapa ratus kali kata “pembunuhan” disebut  dalam pemberitaan. Berapa ratus kali nama Jessica dihakimi jadi tersangka-walaupun akhirnya ditetapkan sebagai tersangaka. Dan masih banyak kata-kata negatif lain.

Dari sisi porsi pemberitaan, kasus ini membuat penonton/pembaca sampai muntah-muntah menelannya. Terlalu besar porsinya, bahkan sudah menjadi sampah informasi. Tidak pagi, siang, sore, malam, stasiun televisi dalam infonewsnya memberikan porsi paling banyak mengupas kasus yang kini makin jadi polemik setelah pihak Polda Metro Jaya menetapkan tersangkanya. Belum lagi infotainment yang juga tentu dengan gegap gempita membahasnya.

Jutaan anak-anak harus menjadi korban informasi tak perlu dan takpantas konsumsi, karena secara terpaksa, terlanjur, dan  terjebak harus mendengar, membaca, melihat pemberitaannya.

Pembunuhan apa sih yah?

Kenapa si Jessica membunuh?

Sianida itu apa sih?

Cinta segitiga itu apa yah?

Betapa orang tua harus menyiapkan banyak alternatif jawaban kepada anak-anak yang terlanjur memotretnya. Ingat mata kanak-kanak adalah mata kamera, tajam sekali dalam melihat. Sirkuit otak mereka belum cukup mampu memahaminya. Atau banyak juga orang tua yang terpaksa menjawab; itu urusan orang dewasa, sudah ganti chanel saja.

Kita tentu memahami kesedihan keluarga korban. Kita tentu menghargai keterbukaan informasi. Tetapi jangan sampai keriuhan informasi tentang kasus ini memakan“korban” lebih banyak. Sudahi saja. Kita beri kesempatan kepada penegak hukum untuk bekerja mengungkapnya. Jangan dulu menghakiminya.

Karena itu, yuk berikan informasi yang pantas konsumsi dan lebih  bermanfaat untuk semua dan alam semesta. Salam. Selamat berakhir pekan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun